MAKALAH
KAPITA SELEKTA
“ PENILAIAN PSIKOMOTORIK ”
Penilaian Keterampilan
Oleh
:
1.
ANIPAH (ACC
114 011)
2.
ANGGRIANI (ACC
114 065)
3.
ELLY SUSANTI (ACC
114 049)
4.
LINDA SUKANDA (ACC
114 010)
5.
USWATUN NURKAMILLA (ACC 114 063)
6.
INMAS EKA PRATIWI (ACC 113
038)
PENDIDIKAN
KIMIA
JURUSAN
PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pasal 25 (4) Peraturan Pemerintah
Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan menjelaskan bahwa
kompetensi lulusan mencakup sikap,pengetahuan, dan keterampilan. Ini berarti
bahwa pembelajaran dan penilaian harus mengembangkan kompetensi
peserta didik yang berhubungan dengan ranah afektif (sikap), kognitif
(pengetahuan), dan psikomotor (keterampilan).
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 20 Tahun 2007 menyebutkan bahwa salah satu
prinsip penilaian adalah menyeluruh dan berkesinambungan. Hal ini berarti bahwa
penilaian oleh guru mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai untuk memantau perkembangan kemampuan peserta
didik. Cakupan aspek penilaian yang dimaksud adalah aspek kognitif
(pengetahuan), aspek psikomotor (keterampilan), dan aspek afektif (sikap). Untuk
dapat merancang dan melaksanakan penilaian psikomotor yang sesuai dengan
standar penilaian, guru harus memiliki pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan
yang memadai dalam mengembangkan perangkat penilaian psikomotor.
Penilaian psikomotorik
implementasinya dapat dilakukan dengan menggunakan observasi atau pengamatan.
Observasi sebagai alat penilaian banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain,
observasi dapat mengukur atau menilai hasil dan proses belajar atau
psikomotorik. Misalnya tingkah laku peserta didik ketika praktik, kegiatan
diskusi peserta didik, partisipasi peserta didik dalam simulasi.
Untuk jenjang Pendidikan SMA, mata
pelajaran yang banyak berhubungan dengan ranah psikomotor adalah pendidikan
jasmani, olahraga dan kesehatan, seni budaya, fisika, kimia, biologi, dan
keterampilan. Dengan kata lain, kegiatan belajar yang banyak berhubungan dengan
ranah psikomotor adalah praktik di aula/lapangan dan praktikum di laboratorium.
Dalam kegiatan-kegiatan praktikitu juga ada ranah kognitif dan afektifnya,
namun hanya sedikit bila dibandingkan dengan ranah psikomotor.
Kegiatan-kegiatan praktikum tersebut nantinya bertujuan untuk menghasilkan
tenaga kerja yang kreatif dan terampil dalam memanfaatkan segala sesuatu yang
berpotensi dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan di SMK di dominasi
ranah psikomotoril karena dalam struktur kurikulum memang lebih dominan
kegiatan praktik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian psikomotor ?
2. Apa pengertian pembelajaran
psikomotor ?
3. Bagaimana
penilaian hasil belajar psikomotor ?
4. Bagaimana
konsep penilaian psikomotorik ?
1.3. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini
antara lain sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui pengertian
psikomotor.
2. Untuk
mengetahui pengertian
pembelajaran psikomotor.
3. Untuk
mengetahui penilaian hasil belajar psikomotor.
4. Untuk
mengetahui konsep penilaian psikomotorik.
1.4. Manfaat
Penulisan
Adapun
manfaat penulisan makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Untuk memenuhi
salah satu tugas dari mata kuliah “Kapita Selekta Pendidikan Kimia”.
2. Untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mengenai instrumen penilaian psikomotorik.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Psikomotor
Hasil belajar peserta didik dapat
dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain secara eksplisit. Apapun
mata pelajarannya selalu mengandung tiga ranah itu, namun penekanannya berbeda.
Mata pelajaran yang menuntut kemampuan praktik lebih menitik beratkan pada
ranah psikomotor sedangkan mata pelajaran yang menuntut kemampuan teori lebih
menitik beratkan pada ranah kognitif, dan keduanya selalu mengandung ranah
afektif.
Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berpikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami,
menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Ranah afektif mencakup
watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Ranah
psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari,
melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya.
Berkaitan dengan psikomotor, Bloom
(1979) berpendapat bahwa ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang
pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan
fisik. Singer (1972) menambahkan bahwa mata pelajaran yang berkaitan dengan
psikomotor adalah mata pelajaran yang lebih beorientasi pada gerakan dan
menekankan pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan. Keterampilan itu
sendiri menunjukkan tingkat keahlian seseorang dalam suatu tugas atau sekumpulan
tugas tertentu.
Menurut Mardapi (2003), keterampilan
psikomotor ada enam tahap, yaitu: gerakan refleks, gerakan dasar, kemampuan
perseptual, gerakan fisik, gerakan terampil, dan komunikasi nondiskursif.
Gerakan refleks adalah respons motorik atau gerak tanpa sadar yang muncul
ketika bayi lahir. Gerakan dasar adalah gerakan yang mengarah pada keterampilan
komplek yang khusus. Kemampuan perseptual adalah kombinasi kemampuan kognitif
dan motorik atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan
gerakan terampil. Gerakan terampil adalah gerakan yang memerlukan belajar,
seperti keterampilan dalam olah raga. Komunikasi nondiskursif adalah kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.
Buttler (1972) membagi hasil belajar
psikomotor menjadi tiga, yaitu:specific responding, motor chaining, rule
using. Pada tingkat specific responding peserta didik
mampu merespons hal-hal yang sifatnya fisik, (yang dapat didengar, dilihat,
atau diraba), atau melakukan keterampilan yang sifatnya tunggal, misalnya memegang
raket, memegang bed untuk tenis meja. Pada motor chaining peserta
didik sudah mampu menggabungkan lebih dari dua keterampilan dasar menjadi satu
keterampilan gabungan, misalnya memukul bola, menggergaji, menggunakan jangka
sorong, dll. Pada tingkatrule using peserta didik sudah dapat
menggunakan pengalamannya untuk melakukan keterampilan yang komplek, misalnya
bagaimana memukul bola secara tepat agar dengan tenaga yang sama hasilnya lebih
baik.
Dave (1967) dalam penjelasannya
mengatakan bahwa hasil belajar psikomotor dapat dibedakan menjadi lima tahap,
yaitu: imitasi, manipulasi, presisi, artikulasi, dan naturalisasi. Imitasi
adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan sederhana dan sama persis dengan
yang dilihat atau diperhatikan sebelumnya. Contohnya, seorang peserta didik
dapat memukul bola dengan tepat karena pernah melihat atau memperhatikan hal
yang sama sebelumnya. Manipulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan sederhana
yang belum pernah dilihat tetapi berdasarkan pada pedoman atau petunjuk saja.
Sebagai contoh, seorang peserta didik dapat memukul bola dengan tepat hanya
berdasarkan pada petunjuk guru atau teori yang dibacanya. Kemampuan tingkat
presisi adalah kemampuan melakukan kegiatan-kegiatan yang akurat sehingga mampu
menghasilkan produk kerja yang tepat. Contoh, peserta didik dapat mengarahkan
bola yang dipukulnya sesuai dengan target yang diinginkan. Kemampuan pada
tingkat artikulasi adalah kemampuan melakukan kegiatan yang komplek dan tepat
sehingga hasil kerjanya merupakan sesuatu yang utuh. Sebagai contoh, peserta
didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya dengan cermat sehingga arah bola
sesuai dengan target yang diinginkan. Dalam hal ini, peserta didik sudah dapat
melakukan tiga kegiatan yang tepat, yaitu lari dengan arah dan kecepatan tepat
serta memukul bola dengan arah yang tepat pula. Kemampuan pada tingkat
naturalisasi adalah kemampuan melakukan kegiatan secara reflek, yakni kegiatan
yang melibatkan fisik saja sehingga efektivitas kerja tinggi. Sebagai contoh
tanpa berpikir panjang peserta didik dapat mengejar bola kemudian memukulnya
dengan cermat sehingga arah bola sesuai dengan target yang diinginkan.
2.2.
Pembelajaran Psikomotor
Menurut Ebel (1972), ada kaitan erat
antara tujuan yang akan dicapai, metode pembelajaran, dan evaluasi yang akan
dilaksanakan. Oleh karena ada perbedaan titik berat tujuan pembelajaran
psikomotor dan kognitif maka strategi pembelajarannya juga berbeda. Menurut
Mills (1977), pembelajaran keterampilan akan efektif bila dilakukan dengan
menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by doing).
Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keterampilan yang dilatih melalui praktik
secara berulang-ulang akan menjadi kebiasaan atau otomatis dilakukan. Sementara
itu Goetz (1981) dalam penelitiannya melaporkan bahwa latihan yang dilakukan
berulang-ulang akan memberikan pengaruh yang sangat besar pada pemahiran
keterampilan. Lebih lanjut dalam penelitian itu dilaporkan bahwa pengulangan
saja tidak cukup menghasilkan prestasi belajar yang tinggi, namun diperlukan
umpan balik yang relevan yang berfungsi untuk memantapkan kebiasaan. Sekali
berkembang maka kebiasaan itu tidak pernah mati atau hilang.
Sementara itu, Gagne (1977)
berpendapat bahwa kondisi yang dapat mengoptimalkan hasil belajar keterampilan
ada dua macam, yaitu kondisi internal dan eksternal. Untuk kondisi internal
dapat dilakukan dengan cara (a) mengingatkan kembali bagian dari keterampilan
yang sudah dipelajari, dan (b) mengingatkan prosedur atau langkah-langkah
gerakan yang telah dikuasai. Sementara itu untuk kondisi eksternal dapat
dilakukan dengan (a) instruksi verbal, (b) gambar, (c) demonstrasi, (d)
praktik, dan (e) umpan balik.
Dalam melatihkan kemampuan
psikomotor atau keterampilan gerak ada beberapa langkah yang harus dilakukan
agar pembelajaran mampu membuahkan hasil yang optimal. Mills (1977) menjelaskan
bahwa langkah-langkah dalam mengajar praktik adalah (a) menentukan tujuan dalam
bentuk perbuatan, (b) menganalisis keterampilan secara rinci dan berutan, (c)
mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan singkat dengan
memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi kunci yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang sukar, (d)
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba melakukan praktik dengan
pengawasan dan bimbingan, (e) memberikan penilaian terhadap usaha peserta
didik.
Edwardes (1981) menjelaskan bahwa
proses pembelajaran praktik mencakup tiga tahap, yaitu (a) penyajian dari
pendidik, (b) kegiatan praktik peserta didik, dan (c) penilaian hasil kerja
peserta didik. Guru harus menjelaskan kepada peserta didik kompetensi kunci
yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kompetensi kunci adalah
kemampuan utama yang harus dimiliki seseorang agar tugas atau pekerjaan dapat
diselesaikan dengan cara benar dan hasilnya optimal. Sebagai contoh, dalam
memukul bola, kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik menempatkan
bola pada titik ayun. Dengan cara ini, tenaga yang dikeluarkan hanya sedikit
namun hasilnya optimal. Contoh lain, dalam mengendorkan mur dari bautnya,
kompetensi kuncinya adalah kemampuan peserta didik memegang kunci pas secara
tepat yakni di ujung kunci. Dengan cara ini tenaga yang dikeluarkan untuk
mengendorkan mur jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pengendoran mur
dengan cara memegang kunci pas yang tidak tepat.
Dalam proses pembelajaran
keterampilan, keselamatan kerja tidak boleh dikesampingkan, baik bagi peserta
didik, bahan, maupun alat. Leighbody (1968) menjelaskan bahwa keselamatan kerja
tidak dapat dipisahkan dari proses pembelajaran psikomotor. Guru harus
menjelaskan keselamatan kerja kepada peserta didik dengan sejelas-jelasnya.
Oleh karena kompetensi kunci dan keselamatan kerja merupakan dua hal penting
dalam pembelajaran keterampilan, maka dalam penilaian kedua hal itu harus
mendapatkan porsi yang tinggi.
2.3.
Penilaian Hasil Belajar Psikomotor
Ada beberapa ahli yang menjelaskan
cara menilai hasil belajar psikomotor. Ryan (1980) menjelaskan bahwa hasil
belajar keterampilan dapat diukur melalui (1) pengamatan langsung dan penilaian
tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2)
sesudah mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada
peserta didik untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa
waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak dalam lingkungan kerjanya.
Sementara itu Leighbody (1968) berpendapat bahwa penilaian hasil belajar
psikomotor mencakup: (1) kemampuan menggunakan alat dan sikap kerja, (2)
kemampuan menganalisis suatu pekerjaan dan menyusun urut-urutan pengerjaan, (3)
kecepatan mengerjakan tugas, (4) kemampuan membaca gambar dan atau simbol, (5)
keserasian bentuk dengan yang diharapkan dan atau ukuran yang telah ditentukan.
Dari penjelasan di atas dapat dirangkum
bahwa dalam penilaian hasil belajar psikomotor atau keterampilan harus mencakup
persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat dilakukan pada saat proses
berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan praktik, atau sesudah
proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
a.
Unsur Yang Terlibat Dalam Penilaian Psikomotor
Secara umum unsur – unsur yang
terlibat dalam pengembangan dan penyusunan penilaian psikomotorik dalam dunia
pendidikan sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah
2. Tim Pengembang Kurikulum
(TPK).
3. Guru / MGMP
b.
Dasar Hukum /Referensi
Adapun dasar-dasar hokum yang
menjadi landasan pentingnya penilaian psikomotorik sebagai berikut:
1.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan,
2.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006
tentang Standar Isi,
3.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 23 Tahun 2006
tentang Standar Kompetensi Lulusan,
4.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007
tentang Standar Penilaian,
5.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses,
6.
SK. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah No. 12/C/KEP/TU/2008 tentang Bentuk dan Tata Cara Penyusunan laporan
Hasil Belajar Peserta Didik Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah
7.
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi, Badan Standar Nasional Pendidikan;
8.
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Jasmani Olah Raga
dan Kesehatan, Badan Standar Nasional Pendidikan;
9.
Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Estetika, Badan
Standar Nasional Pendidikan;
10.
Pedoman Pengembangan Perangkat Penilaian Psikomotor,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas;
11.
Pedoman Khusus Pengembangan Instrumen dan Penilaian Ranah
Psikomotor, Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
2.4. Pengertian dan Konsep (Penilaian
Psikomotorik)
Penilaian psikomotorik yang disebut
juga tes praktik (kinerja) adalah tes yang meminta peserta didik melakukan
perbuatan/menampilkan/ mendemonstrasikan keterampilannya. Penilaian
Psikomotorik dilakukan oleh pendidik melalui pengamatan terhadap perkembangan
psikomotorik peserta didik. Mata pelajaran yang berkaitan dengan psikomotor
adalah mata pelajaran yang lebih berorientasi pada gerakan dan menekankan pada
reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan.
Prosedur pembelajaran psikomotor
meliputi langkah-langkah dalam mengajar praktik, yaitu:
1.
Menentukan tujuan dalam bentuk perbuatan.
2.
Menganalisis keterampilan secara rinci dan berurutan.
3.
Mendemonstrasikan keterampilan disertai dengan penjelasan
singkat dengan memberikan perhatian pada butir-butir kunci termasuk kompetensi
kunci yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dan bagian-bagian yang
sukar.
4.
Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mencoba
melakukan praktik dengan pengawasan dan bimbingan.
5.
Memberikan penilaian terhadap usaha peserta didik
a.
Pedoman Penskoran berupa daftar periksa observasi atau skala
penilaian yang harus mengacu pada soal. Daftar periksa observasi memuat
aspek-aspek keterampilan pada setiap aspek keterampilan kunci dalam bentuk
pertanyaan/pernyataan ke dalam tabel, sedangkan skala penilaian memuat
banyaknya gradasi skor
b.
Kriteria atau rubrik adalah pedoman penilaian kinerja atau
hasil kerja peserta didik yang terdiri atas skor dan kriteria yang harus
dipenuhi untuk mencapai skor tersebut.
c.
Penskoran harus memperhatikan ada atau tidak adanya
perbedaan bobot tiap-tiap aspek keterampilan yang ada dalam skala penilaian
atau daftar periksa observasi.
a.
Prosedur Kerja Penilaian Psikomotor
1.
Kepala sekolah menugaskan kepada TPK sekolah dan guru/MGMP
sekolah untuk melakukan penyusunan perangkat penilaian psikomotor.
2.
Kepala sekolah memberikan arahan teknis kepada TPK dan guru
tentang penyusunan perangkat penilaian psikomotor sekurang-kurangnya memuat :
a.
Dasar pelaksanaan penyusunan perangkat penilaian psikomotor
b.
Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penyusunan
perangkat penilaian
c.
psikomotor
d.
Manfaat penyusunan perangkat penilaian psikomotor
e.
Hasil yang diharapkan dari penyusunan perangkat penilaian
psikomotor
f.
Mekanisme kerja penyusunan perangkat penilaian psikomotor
g.
Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugas dalam pelaksanaan
penyusunan perangkat penilaian psikomotor.
3.
TPK sekolah menyusun rencana kegiatan untuk penyusunan perangkat
penilaian psikomotor SMA, sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan,
sasaran/hasil, pelaksana dan jadwal pelaksanaan, mencakup kegiatan:
4.
TPK sekolah menyusun rencana kegiatan untuk penyusunan
perangkat penilaian psikomotor SMA, sekurang-kurangnya berisi uraian kegiatan,
sasaran/hasil, pelaksana dan jadwal pelaksanaan;
5.
TPK sekolah menyusun rambu-rambu mekanisme penyusunan
perangkat penilaian psikomotor;
6.
Guru/MGMP sekolah menyusun perangkat penilaian psikomotor
berupa instrumen penilaian psikomotor;
7.
Kepala sekolah dan TPK sekolah bersama guru/MGMP sekolah
melakukan review dan revisi perangkat penilaian psikomotor;
8.
TPK sekolah bersama guru/MGMP sekolah memfinalkan hasil
revisi perangkat penilaian psikomotor;
9.
Kepala sekolah menandatangani perangkat penilaian
psikomotor;
10. TPK sekolah menggandakan perangkat
penilaian psikomotor sesuai kebutuhan dan mendistribusikan kepada dewan guru
dan pihak lain yang memerlukan. Adapun Bagan Alur Prosedur Kerja Penyusunan
Perangkat Penilaian Psikomotorik sebagai berikut:
Gambar 1. Alur Kerja Penyusunan
Perangkat Penilaian Psikomotorik
b.
Instruksi Kerja
Adapun instruksi kerja proses
penyusunan instrumen penilaian psikomotorik sebagai berikut:
1.
Analisis SK/KD mengikuti Instruksi Kerja Analisis SK/KD
2.
Menyusun kisi-kisi soal memperhatikan: identitas kisi-kisi
dan kolom-kolom dalam tabel kisi-kisi (KD, Bahan Kelas/Semester, Materi,
Indikator Soal, Bentuk dan Nomor Soal)
3.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun soal adalah
kesesuaian kisi-kisi dan penjabaran indikator menjadi soal dengan
mempertimbangkan materi pembelajaran
4.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun pedoman
penskoran adalah:
a.
Mencermati soal
b.
Mengidentifikasi aspek-aspek keterampilan kunci
c.
Mengidentifikasi aspek keterampilan dari setiap aspek
keterampilan kunci
d.
Menentukan jenis instrumen
e.
Menentukan rentang skor tiap aspek keterampilan
f.
Menentukan skor minimal dan skor maksimal
g.
Membaca kembali skala penilaian
h.
Meminta orang lain untuk membaca atau menelaah instrumen
c.
Jenis Tes Psikomotor
Tes untuk mengukur ranah
psikomotorik adalah tes untuk mengukur penampilan atau kinerja (performance)
yang telah dikuasai oleh peserta didik. Tes tersebut dapat berupa
tes paper and pencil, tes identifikasi, tes simulasi, dan tes
unjuk kerja.
1. Tes simulasi
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan
melalui tes ini, jika tidak ada alat yang sesungguhnya yang dapat dipakai untuk
memperagakan penampilan peserta didik, sehingga peserta didik dapat
dinilai tentang penguasaan keterampilan dengan bantuan peralatan tiruan atau
berperaga seolah-olah menggunakan suatu alat yang sebenarnya.
2.
Tes unjuk kerja (work sample)
Kegiatan psikomotorik yang dilakukan
melalui tes ini, dilakukan dengan sesungguhnya dan tujuannya untuk
mengetahui apakah peserta didik sudah menguasai/terampil menggunakan alat
tersebut. Misalnya dalam melakukan praktik pengaturan lalu lintas lalu lintas
di lapangan yang sebenarnya
Tes simulasi dan tes unjuk kerja,
semuanya dapat diperoleh dengan observasi langsung ketika peserta didik
melakukan kegiatan pembelajaran. Lembar observasi dapat menggunakan
daftar cek (check-list) ataupun skala penilaian (rating scale).
Psikomotorik yang diukur dapat menggunakan alat ukur berupa skala
penilaian terentang dari sangat baik, baik, kurang, kurang, dan tidak
baik.
Secara teknis penilaian ranah
psikomotor dapat dilakukan dengan pengamatan (perlu lembar pengamatan) dan tes
perbuatan.
1.
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi:
2.
Gerak refleks,
3.
Gerak dasar fundamen,
4.
Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik,
diskriminasi visual, diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan
perseptual yang terkoordinasi,
5.
Keterampilan fisik,
6.
Gerakan terampil,
7.
Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan)
meliputi: gerakan ekspresif, gerakan interprestatif.
d.
Contoh Penilaian Psikomotor
Contoh Instrumen Penilaian Psikomotor pada Mata Pelajaran
Kimia
Tabel 1. Contoh Kisi-kisi penilaian psikomotorik
Jenis Sekolah
|
:
|
SMA ---SMK
|
|||||
Mata Pelajaran
|
:
|
Kimia
|
|||||
Teknik Penilaian
|
:
|
Tes Praktik
|
|||||
Penilaian Pendidik
|
:
|
Ulangan Harian
|
|||||
Jumlah Soal/Waktu
|
:
|
1/30 menit
|
|||||
Standar Kompetensi
|
:
|
3. Memahami kinetika reaksi,
kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta
penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari dan industri.
|
|||||
Kompetensi Dasar
|
Bahan kelas/sem
|
Materi pembelajaran
|
Indikator soal
|
Bentuk soal
|
Nomor soal
|
||
3.3.
Menjelaskan kesetimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah
kesetimbangan dengan melakukan percobaan.
|
XI / 1
|
Faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
|
Peserta didik
dapat
melakukan percobaan untuk
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
|
Praktikum
|
1
|
||
e.
Contoh Soal
Berdasarkan kisi-kisi soal, dapat dibuatkan soal sebagai
berikut:
”lakukanlah percobaan untuk memahami faktor-faktor yang
memepengaruhi laju reaksi dengan mengikuti prosedur kimia yang benar teknik
yang benar. Perhatikan pengaruh konsentrasi, luas permukaan, suhu dan
penambahan katali terhadap lama waktu reaksi berlangsung”.
f. Pedoman Penskoran/Penilaian
Berdasarkan soal di atas, dapat
disusun pedoman penskoran dengan tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi
aspek-aspek keterampilan kunci dalam lari 100 m. Dalam hal ini aspek–aspek
keterampilan kunci itu adalah:
a. posisi
mulai (starting position)
b. teknik
mulai (starting action),
c. teknik
lari (sprinting action), dan
d. teknik
memasuki garis finis (finishing action).
2. Mengidentifikasi
aspek-aspek keterampilan dari setiap aspek keterampilan kunci. Dalam hal ini
aspek keterampilan kunci pada posisi mulai/starting position dirinci menjadi
aspek keterampilan memposisikan kaki, tangan, badan, pandangan mata, dan posisi
tungkai pada saat aba-aba “siap”, dan seterusnya.
3. Dilanjutkan
dengan membuat lembar daftar periksa observasi dan skala penilaian sebagai
berikut :
Tabel 2. Aspek-aspek penilaian
Aspek-aspek keterampilan
|
Skala penilaian
|
Skor butir
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
||
P
Penggunaan alat dan bahan
·
Mengambil
larutan dengan pipet volume
·
Menggunakan
tabung reaksi
·
Memegang
gelas erlenmeyer
·
Menggunakan
termometer
·
Mencuci
alat dan bahan
|
||||||
JUMLAH
|
Penentuan nilai peserta didik, dirumuskan:
Nilai =
X 100
Keterangan:
a) Jumlah aspek keterampilan (20)
b) Rentang skor tiap aspek ketrampilan (1 sampai dengan 5)
c) Skor perolehan (Jumlah skor perolehan siswa pada 20 aspek keterampilan)
d) Skor maksimal (20 x 5 = 100)
BAB III
KESIMPULAN
Ranah psikomotor berhubungan dengan
hasil belajar yang pencapaiannya melalui keterampilan manipulasi yang
melibatkan otot dan kekuatan fisik. Terkait pembelajaran prikomotor maka ada
perbedaan titik berat tujuan pembelajaran psikomotor dan kognitif maka strategi
pembelajarannya juga berbeda. pembelajaran keterampilan akan efektif bila
dilakukan dengan menggunakan prinsip belajar sambil mengerjakan (learning by
doing) dan diasah dengan cara dilakukan berulang-ulang sehingga akan
menjadi suatu kebiasaan. Adapun penilaian hasil belajar psikomotor atau
keterampilan harus mencakup persiapan, proses, dan produk. Penilaian dapat
dilakukan pada saat proses berlangsung yaitu pada waktu peserta didik melakukan
praktik, atau sesudah proses berlangsung dengan cara mengetes peserta didik.
Penilaian psikomotorik lebih berorientasi pada penilaian gerakan dan menekankan
pada reaksi–reaksi fisik dan keterampilan tangan.
DAFTAR PUSTAKA
http://kemilauhijau.blogspot.co.id/2013/05/assesment-pembelajaran-penilaian.html
No comments:
Post a Comment