Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya

PENILAIAN KOGNITIF

MAKALAH PENILAIAN KOGNITIF

Penilaian Pengetahuan


Disusun Oleh  :
                        Abdul Malik Sampurna                       ACC 114 031
Dennis Octavianus                              ACC 114 014
Devi Puspita Suriana                           ACC 114 070
Feni Widya Halim                               ACC 114 076
Mitra Otania                                        ACC 114 054
Nopriliani                                            ACC 114 021
Nuur Fitria Apriyani                           ACC 114 009
Puput Anggraini                                  ACC 114 067


Dosen Mata Kuliah     : Nopriawan Berkat Asi, S.Si, M,Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.        Latar Belakang
               Sejalan dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal istilah evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang dan  jenis pendidikan dalam setiap periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat metode dan materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
               Akan tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
               Oleh sebab itu salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pamahaman mengenai sasaran dan obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi kekurangan ataupun kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar tujuan pem-belajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang di harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran dan objek pembelajaran di antaranya mengenai unsur-  unsur sasaran penilaian meliputi input, transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dibuat rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa hakikat dari kegiatan penilaian?
2.      Apa saja aspek ranah kognitif? 
3.      Apa pengertian penilaian kognitif?
4.      Apa saja teknik penilaian kognitif?  
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.         Mengetahui tentang hakikat penilaian
2.         Mengetahui tentang aspek ranah kognitif
3.         Mengetahui tentang penilaian kognitif
4.         Mengetahui tentang teknik penilaian kognitif

1.4. Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini hanya terbatas pada instrumen penilaian kognitif khususnya pada mata pelajaran kimia.

     1.5. Manfaat Penulisan
            Melalui makalah ini, pembaca dapat mempeluas wawasan tentang instrumen penilaian kognitif dan teknik penilaiannya.

  
BAB II
PEMBAHASAN

     2.1.             Hakikat Penilaian     
              Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan hasil pembelajaran peserta didik secara objektif.
              Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak semata-mata untuk meraih hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap hasil belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu sarana untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu, penilaian juga dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran yang selanjutnya.
            Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses belajar mengajar. Semua komponen sistem pembelajaran saling memengaruhi dan menentukan satu dengan yang lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui kompetensi apa yang sudah, belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai.

            Penilaian hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai berikut:
1.    sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2.    objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3.    adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4.    terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5.    terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6.    menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.
7.    sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8.    beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. dan
9.    akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
.
2.2. Aspek Ranah Kognitif
          Ranah  Kognitif  berisi  tentang  perilaku-perilaku  yang  menekankan  aspek   intelektual,  seperti  pengetahuan,  pengertian,  dan  keterampilan  berpikir.  Indikator  kognitif proses merupakan  perilaku  (behavior)  siswa  yang  diharapkan  muncul  setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Selain ranah  afektif  dan  psikomotorik,  hasil  belajar  yang  perlu  diperhatikan  adalah  dalam ranah kognitif.  Seseorang dapat dikatakan telah belajar sesuatu dalam dirinya apabila telah  terjadi  perubahan,  akan  tetapi  tidak  semua  perubahan  terjadi.
          Hasil  belajar merupakan  pencapaian  tujuan  belajar  dan  hasil  belajar  sebagai  produk  dari  proses belajar.  Perilaku  ini  sejalan  dengan  keterampilan  proses  sains,  tetapi  yang karakteristiknya  untuk  mengembangkan  kemampuan  berfikir  siswa. Indikator  kognitif produk berkaitan  dengan  perilaku  siswa  yang  diharapkan  tumbuh  untuk  mencapai kompetensi  yang  telah  ditetapkan.  Indikator  kognitif  produk  disusun  dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif. 
          Dalam  Taksonomi Bloom  yang direvisi  oleh David  R. Krathwohl  di  jurnal Theory into Practice,  aspek  kognitif  dibedakan  atas  enam  jenjang  yang  diurutkan  seperti  pada gambar berikut ini.
Penjabaran keenam tingkat tersebut yaitu:
1.      Mengingat (Remembering), pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, dan lain sebagainya. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah (problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang jauh lebih kompleks.Mengingat meliputi mengenali (recognition) dan memanggil kembali (recalling) Mengenali berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan hal-hal yang konkret, misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau secara cepat dan tepat.

2.      Memahami/mengerti (Understanding), memahami/mengerti berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing). Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek yang diperbandingkan.

3.      Menerapkan (Applying), menerapkan menunjuk pada proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan (implementing). Menerapkan  merupakan   proses yang   kontinu,   dimulai   dari  siswa menyelesaikan suatu permasalahan menggunakan  prosedur  baku/standar  yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa benar-benar mampu melaksanakan  prosedur  ini  dengan  mudah,  kemudian  berlanjut  pada  munculnya permasalahan-permasalahan  baru  yang  asing  bagi siswa,  sehingga siswa dituntut untuk  mengenal  dengan  baik  permasalahan  tersebut  dan  memilih  prosedur  yang tepat untuk menyelesaikan permasalahan.

4.      Menganalisis (Analyzing), Menganalisis merupakan    memecahkan    suatu    permasalahan    dengan memisahkan tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap  bagian  tersebut  dan  mencari  tahu  bagaimana  keterkaitan  tersebut  dapat menimbulkan permasalahan. Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif    memberi    atribut (attributeing) dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa menemukan  permasalahan dan kemudian memerlukan  kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan. Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat menghasilkan  hubungan  yang  baik.

5.      Mengevaluasi (Evaluating), evaluasi    berkaitan    dengan    proses    kognitif    memberikan    penilaian berdasarkan   kriteria   dan standar   yang   sudah   ada.   Kriteria   yang   biasanya digunakan  adalah  kualitas,  efektivitas,  efisiensi,  dan  konsistensi.  Kriteria  atau standar  ini  dapat  pula  ditentukan  sendiri  oleh siswa.  Standar  ini  dapat  berupa kuantitatif  maupun  kualitatif  serta  dapat  ditentukan  sendiri  oleh siswa. Evaluasi   meliputi   mengecek   (checking)   dan   mengkritisi   (critiquing). Mengecek  mengarah  pada  kegiatan  pengujian  hal-hal  yang  tidak  konsisten  atau kegagalan  dari  suatu  operasi  atau  produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan dan mengimplementasikanmaka  mengecek  akan  mengarah  pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik. Mengkritisi mengarah pada  penilaian  suatu  produk  atau  operasi  berdasarkan  pada  kriteria  dan  standar eksternal.  Mengkritisi  berkaitan erat  dengan  berpikir  kritis. Siswa melakukan penilaian   dengan   melihat   sisi   negatif   dan   positif   dari   suatu   hal,   kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.

6.      Menciptakan (Creating), menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya. Menciptakansangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan. Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi (producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan    permasalahan    dan    penemuan    alternatif    hipotesis    yang diperlukan.  Menggeneralisasikan  ini  berkaitan  dengan  berpikir  divergen  yang merupakan  inti  dari  berpikir  kreatif.  Memproduksi  mengarah  pada  perencanaan untuk  menyelesaikan  permasalahan  yang  diberikan.  Memproduksi  berkaitan  erat dengan  dimensi  pengetahuan  yang  lain  yaitu  pengetahuan  faktual,  pengetahuan konseptual,  pengetahuan  prosedural,  dan  pengetahuan  metakognisi.
Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan terus-menerus maka hasil pendidikan lebih baik.

2.3.             Penilaian Kognitif
Penilaian  kognitif merupakan  penilaian untuk mengukur  kemampuan  peserta  didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3 yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif dilakukan dengan berbagai teknik penilaian. Pendidik menetapkan teknik penilaian  sesuai  dengan  karakteristik  kompetensi  yang  akan  dinilai.  Penilaian  dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Penilaian kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik telah mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic). Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan batas standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Secara bertahap satuan pendidikan terus  meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan mempertimbangkan potensi dan karakteristik masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.

2.4. Teknik Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).
Teknik dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:
1.  Tes Tertulis
Instrumen tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Soal tes tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang
menghendaki peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian. Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau
mengekspresikan gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS, “Higher Order thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal untuk menilai hasil belajar Kimia dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untuk menguji ranah analisis peserta didik pada pembelajaran Kimia, guru dapat membuat soal dengan menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan menominasikan. Ranah evaluasi contohnya membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.
a. Bentuk Soal
Bentuk soal yang akan dibahas untuk penilaian hasil belajar kimia meliputi soal
pilihan ganda, soal uraian, lembar observasi (lembar pengamatan/check list)
untuk tes uji petik kerja.
Soal Pilihan Ganda
Soal pilihan ganda terdiri dari bagian pokok soal dan pilihan jawaban. Pada pilihan jawaban terdiri dari pilihan yang benar dan pengecoh. Pengecoh yang baik adalah pengecoh yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya relatif sama dengan kunci jawaban. Kaidah penulisan soal pilihan ganda harus memperhatikan materi soal dan konstruksinya. Materi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1)        Soal harus sesuai dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak diukur sesuai dengan rumusan indicator dalam kisi-kisi.
2)        Pengecoh harus bertungsi, pengecoh dianggap yang berfungsi dengan baik dipilih lebih banyak oleh kelompok rendah
3)        Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu kunci jawaban.

Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1)        Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan atau materi yang hendak diukur/ditanyakan harus jelas. Setiap butir soal hanya mengandung satu persoalan/gagasan
2)        Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
3)        Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4)        Pokok soal tidak mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5)        Pokok soal tidak memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan logis ditinjau dari segi materi. Semua pilihan jawaban harus berasal dari konsep yang sama seperti yang ditanyakan pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua pilihan jawaban harus berfungsi.
6)        Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama.
7)        Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan jawaban di atas benar".
8)        Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
9)        Gambar, grafik, tabel, diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi.
10)    Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11)    Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya.

Soal Uraian
Soal bentuk uraian yaitu soal yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kaidah penulisan soal uraian sebaiknya memperhatikan beberapa hal baik dari materi soal maupun konstruksinya. Kriteria soal uraian adalah sebagai berikut.
1)   Soal harus sesuai dengan indikator.
2)   Setiap pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
3)   Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
4)   Materi yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang atau tingkat kelas.
Konstruksi soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1)    Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut jawaban terurai.
2)    Ada petunjuk yang jelas tentang cara mengerjakan soal.
3)    Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4)    Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.

Contoh Soal Pilihan Ganda
Indikator : Diberikan data larutan yang akan dielektrolisis beserta elektrodanya peserta didik dapat menentukan hasil reaksi yang terjadi pada katoda dan anoda
Soal : Temanmu melakukan elektrolisis larutan CuSO4 0,5 M, dia menggunakan elektroda Pt sebagai katoda dan elektroda Fe sebagai anoda. Catatan pengamatan temanmu yang benar adalah....
A.    gas H2 di katoda dan anode Fe larut
B.     endapan Cu di katode dan gas O2 di anoda
C.     gas H2 di katoda dan gas O2 di anoda
D.    endapan Cu di katoda dan anode Fe larut
E.     massa katoda berkurang dan massa anoda bertambah
 
 













Soal uraian

Indikator : Diberikan data hasil percobaan elektrolisis, peserta didik
dapat menentukan massa zat yang diendapkan dalam sel elektrolisis
berdasarkan hukum Faraday II
Soal : Pada suatu percobaan larutan AuCl3 yang dialiri arus listrik
dengan muatan tertentu, ternyata menghasilkan 24g Au di katoda. Jika muatan yang sama dialirkan dalam larutan CuSO4, tentukan berat Cu yang terendapkan! ( Ar Au= 197 dan Cu= 63,5)
 
 









Contoh Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
Skor
-Menuliskan reaksi reduksi ion Au3+ dan Cu2+ dengan benar
10
-Menentukan valensi Au dan Cu dengan benar
10
-Menuliskan rumus hukum Faraday II dengan benar
10
-Mencantumkan perhitungan perbandingan massa ekivalen dengan benar
10
-Menghitung massa Cu dengan benar
10
Jumlah
50



Indikator : Peserta didik dapat menjelaskan reaksi yang terjadi pada elektrolisislarutan
Soal : Tuliskan reaksi redoks yang terjadi pada elektrolisis larutan perak nitrat !
 
 






Contoh Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
Skor
Penulisan reaksi ionisasi AgNO3 benar
10
Penulisan reaksi pada anoda benar
10
Penulisan reaksi pada katoda benar
10
Penulisan reaksi redoks pada sel elektrolisis benar
10
Jumlah
40

Pengembangan Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)
Untuk mengembangkan soal HOTS guru memerlukan pemahaman dulu dalam hal pengertian HOTS, “Higher Order Thinking Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985). Dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat tinggi yang biasa digunakan adalah berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai berikut:
a.    Memberikan penjelasan sederhana terdiri dari keterampilan memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen, bertanya dan menjawab pertanyaan.
b.    Membangun keteramnpilan dasar terdiri dari menyesuaikan dengan sumber,
mengamati dan melaporkan hasil observasi.
c.    Menyimpulkan terdiri dari keterampilan mempertimbangkan kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
d.   Membuat penjelasan lanjut contohnya mengartikan istilah dan membuat definisi.
e.    Mengatur strategi dan taktik contohnya menentukan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi. Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih melalui pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi.

Berikut ini contoh soal HOTS pilihan ganda
Topik: Larutan elektrolit dan non elektrolit

2.    Observasi Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Penilaian terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat, bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Hasil observasi digunakan untuk   mendeteksi   kelemahan/kekuatan  penguasaan kompetensi  pengetahuan  dan   memperbaiki   proses   pembelajaran  khususnya  pada indikator yang belum muncul. Contoh format observasi terhadap diskusi dan tanya jawab.
Keterangan: diisi dengan cek list (v
3.    Penugasan
Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya. Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik tugas. Contoh instrumen tugas untuk suatu topik dalam satu KD
Membuat rancangan perangkat sel elektrolisis untuk proses penyepuhan
dan melakukan pratik penyepuhan

TUGAS:
Penyepuhan dengan emas atau perak banyak dilakukan orang agar perhiasan
dari logam besi atau tembaga kelihatan seolah-olah terbuat dari emas atau perak. Proses sederhana ini selain di toko emas juga dapat ditemui di pasar tradisional.
Cobalah cari informasi melalui wawancara dengan tukang sepuhnya, benda apa
saja yang sering dibawa orang untukdisepuh, berapa biaya penyepuhannya, alat
dan bahan apa saja yang digunakan tukang sepuh.
Untuk penilaian tugas guru dapat membuat rubriknya disesuaikan dengan tugas yang diberikan pada peserta didik.

Rambu-rambu penugasan.
1)   Tugas mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2)   Tugas dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran atau merupakan bagian dari pembelajaran mandiri.
3)   Pemberian tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
4)   Materi penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
5)   Penugasan ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menunjukkan   kompetensi   individualnya   meskipun   tugas   diberikan   secara kelompok.
6)   Pada tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.
7)   Tampilan kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
8)    Penugasan harus mencantumkan rentang waktu pengerjaan tugas.



BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Pelaksanaan penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu dalam banyak hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Ranah  Kognitif  berisi  tentang  perilaku-perilaku  yang  menekankan  aspek   intelektual,  seperti  pengetahuan,  pengertian,  dan  keterampilan  berpikir.
Dalam  Taksonomi Bloom  yang direvisi  oleh David  R. Krathwohl  di  jurnal Theory into Practice,  aspek  kognitif  dibedakan  atas  enam  jenjang yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian  kognitif merupakan  penilaian untuk mengukur  kemampuan  peserta  didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).


Share:

No comments:

Post a Comment

Pengembang

Pengembang

Statistik Pengunjung

Post Populer

ANGGOTA

Ads

Post Terbaru