PENELITIAN EKSPERIMEN
A.
Pendahuluan
Pada waktu melihat prestasi siswanya rendah seorang
guru sudah berpikir bagaimana cara mengatasinya. Untuk itu, berdasarkan hasil
diklat yang diikutinya, mereka ingin mencoba menerapkan melalui penelitian ilmiah.
Apakah hasil belajar siswa yang diajar dengan metode belajar yang selama ini
dilakukan lebih jelek dibandingkan dengan metode baru yang diperoleh waktu
diklat. Untuk mencoba guru tersebut tidak memahami jenis penelitian apa yang
tepat digunakan untuk mengatasi masalah itu? Belum semua guru menguasai
berbagai jenis penelitian. Jenis penelitian yang sering digunakan guru dalam
mengatasi masalah pembelajaran adalah penelitian tindakan kelas, penelitian
deskriptif, penelitian korelasional, dan penelitian eksperimen. Jenis
pendekatan penelitian yang paling tepat untuk merealisasi kegiatan guru dalam
membandingkan dua metode pembelajaran terhadap hasil belajar adalah melalui
penelitian eksperimen.
Apakah penelitian eksperimen itu? Apa tujuannya?
Bagaimana cara melakukan yang benar? Bagaimana menulis laporan hasil
penelitiannya agar memenuhi syarat dan dapat nilai kreditnya? Marilah kita
belajar bersama untuk memahami dan kemudian melaksanakan secara hati-hati dan
terarah.
Penelitian eksperimen (Experimental Research) merupakan
kegiatan penelitian ilmiah yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan/
tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji
hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu bila dibandingkan dengan
tindakan lain. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan umum penelitian eksperimen
adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan tertentu terhadap gejala
suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang menggunakan
perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dimaksudkan untuk menilai/
membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan metode pemecahan
soal) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa SMA atau untuk menguji
hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut bila dibandingkan
dengan metode pemahaman konsep. Tindakan di dalam eksperimen disebut treatment,
dan diartikan sebagai semua tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang
akan dinilai/diketahui pengaruhnya. Sedangkan yang dimaksud dengan menilai
tidak terbatas adalah mengukur atau melakukan deskripsi atas pengaruh treatment
yang dicobakan sekaligus ingin menguji sampai seberapa besar tingkat
signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut bila
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Apakah perlu kelompok pembanding? Marilah kita
renungkan jawaban ini. Di dalam proses yang disebabkan oleh satu macam
tindakan/ perlakuan, kita tidak pernah dapat menyatakan bahwa tindakan dan
proses itu menghasilkan sesuatu yang lebih baik, kurang baik, dan kita baru
dapat menyatakan kalau sudah dibandingkan dengan yang lain. Dari suatu tindakan
kita hanya dapat menyatakan bahwa proses ini begini dan begitu itu akan
menimbulkan gejala yang begini atau begitu. Gejala itu baru dapat dikatakan
lebih baik jika gejala lain menjadi ukuran sebagai pembanding. Oleh karena itu
dalam suatu eksperimen ilmiah dituntut sedikitnya dua kelompok, yang satu
ditugaskan sebagai kelompok pembanding (control group), sedang kelompok yang
satu lagi sebagai kelompok yang dibandingkan (experimental group).
Bagaimana cara melaksanakan jenis penelitian
eksperimen ini ? Untuk melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu
memahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkaitan dengan komponen-komponen
eksperimen. Baik yang berkaitan dengan pola-pola eksperimen (design
experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen dan kontrol, bagaimana
kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, cara pelaksanaannya,
kesesatan-kesesatan yang dapat mempengaruhi hasil eksperimen, cara pengumpulan
data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan. Hal itu semua, para
guru dapat mempelajari, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan penelitian itu,
tanpa meninggalkan tugas sehari-hari di kelas.
B. Mempersiapkan Eksperimen
Marilah kita mempersiapkan penelitian eksperimen
secara baik. Sebelum peneliti melaksanakan treatment/perlakuan, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan. Sebagai ilustrasi seorang guru akan mengadakan
percobaan tentang keampuhan dua metode mengajar dalam bidang Matematika, Mana
di antara dua macam metode yang dapat memberikan prestasi belajar yang lebih
baik (metode pemahaman konsep atau metode pemecahan soal). Hal ini disebabkan
karena selama ini ditemukan oleh guru bahwa penggunaan metode pemahaman konsep
yang dilakukan menyebabkan prestasi belajar siswanya belum menggembirakan.
1.
Langkah awal dijumpai ada problem terhadap
prestasi belajar matematika yang selama ini diajarkan melalui metode pemahaman
konsep. Seorang guru matematika sewaktu mengikuti diklat mendapatkan metode
baru yaitu metode pemecahan soal", kemudian muncul pertanyaan: manakah di
antara dua metode pembelajaran Matematika yang dapat menumbuhkan prestasi
belajar lebih baik?
2.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah metode
pemecahan soal lebih baik dalam mengembangkan kecakapan matematika dibandingkan
dengan pemahaman konsep (untuk mengetahui pengaruh metode pemecahan soal
terhadap prestasi belajar matematika). Guru juga dapat mengetahui sikap siswa
terhadap metode pembelajaran tersebut.
3.
Langkah berikutnya, mencari dasar teori yang
berkaitan dengan variabel penelitian (metode pembelajaran pemecahan soal dan
pemahaman konsep, serta prestasi belajar). Diupayakan adanya kerangka pemikiran
yang mengarah pada simpulan bahwa metode pemecahan soal lebih baik dalam
menanamkan pemahaman matematika dibandingkan dengan metode pemahaman konsep.
4.
Selanjutnya, perlu dikemukakan hipotesisnya:
"Metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman
konsep dalam meningkatkan prestasi belajar matematika". Hipotesis ini
diperlukan untuk pedoman peneliti dalam merancang lebih lanjut.
5.
Langkah awal bagian metode penelitian adalah
melakukan pengukuran kepada dua kelompok yang siswanya mempunyai kesamaan
kemampuan /IQ dalam matematika. Dari dua kelompok yang sudah mempunyai kesamaan
itu dipilih secara acak atau random untuk menentukan mana kelompok kontrol dan
mana yang akan ditugaskan sebagai kelompok eksperimen.
6.
Menentukan siapa guru yang akan ditugasi untuk
mengajar pada masing-masing kelompok tersebut. Bilamana telah mendapatkan guru
yang memiliki kualitas yang sama, kemudian dipilih secara acak/random untuk
ditugaskan ke kelompok eksperimen/kontrol. Kalau gurunya sama/satu orang, wajib
menjaga obyektivitas dalam menerapkan kedua metode tersebut.
7.
Persiapkan materi ajar dan rincian tindakan yang
akan dilakukan pada metode yang telah ditetapkan untuk kedua kelompok tersebut.
Sesudah memahami langkah-langkah tersebut, kita
perlu melihat kembali hal hal mendasar yang perlu diperhatikan sebelum
eksperimen dilakukan. Kalau semua komponen tersebut sudah dipersiapkan dengan
baik dan lengkap barulah mencoba menyusun rancangan/desain eksperimennya.
C. Faktor Yang Perlu Dikontrol
Sebelum eksperimen dilaksanakan ada berbagai
faktor, variabel, serta kondisi apa saja yang berkaitan dengan kegiatan
eksperimen yang perlu diperhatikan. Hal ini untuk mengantisipasi adanya
perbedaan sesudah eksperimen itu benar-benar disebabkan oleh metode bukan
karena faktor lain. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain sebagai
berikut.
a)
Latar belakang kebudayaan. Pelajar yang
mempunyai kebudayaan yang berbeda besar kemungkinan mempunyai sifat dan
kebiasaan yang berbeda pula. Untuk itu perlu diperhatikan agar adanya perbedaan
bukan karena faktor ini tetapi faktor metode mengajarnya. Ada siswa yang setiap
hari selalu belajar bersama dengan kakak-kakaknya, mengikuti pelajaran tambahan
setiap sore, dan sebagainya.
b)
Dasar matematika; Sebelum eksperimen dimulai
siswa masing-masing kelas/kelompok perlu diseimbangkan agar tidak terjadi salah
satu kelas terdiri atas siswa yang pandai- pandai, sedang kelas lainnya terdiri
atas siswa yang sedang dan kurang pandai. Sehingga adanya perbedaan hasil akhir
eksperimen bukan disebabkan oleh metode mengajar tetapi oleh kondisi siswa yang
berbeda.
c)
Ruangan kelas. Ruangan kelas kedua calon
kelompok eksperimen dan kontrol itu harus dibuat sedemikian sehingga tidak ada
perbedaan kebisingan, kepengapan karena ventilasi yang kurang, tata ruang, dan
tata cahaya.
d)
Waktu belajar: Perlu diperhatikan waktu
berlangsungnya jam pelajaran, tidak diperkenankan kelompok eksperimen (E) masuk
pagi kelompok control (K) masuk sore atau sebaliknya.Jika kelas E masuk pagi,
kelas K harus masuk pagi, kalau kelas E masuk jam 8.00 kelas K tidak boleh
masuk jam 12.00, sehingga hasil eksperimen dikotori oleh faktor masuk sekolah.
Selain itu, jumlah jam kedua kelas/kelompok harus sama
e)
Cara mengajar : Metode-metode yang akan
dicobakan harus ditetapkan dan dirancang lebih dahulu serta dijalankan secara
tertib dan benar. Cara guru mengajar harus sesuai dengan pola yang ditetapkan
dalam desain eksperimen yang dipersiapkan.
f)
Guru/pengajar : Latar belakang pendidikan, serta
pengalaman mengajar diupayakan mempunyai tingkat, level, atau derajat yang
seimbang. Demikian tingkat kedisiplinan maupun kemampuannya.
g)
Lain-lain : walaupun peneliti sudah berupaya
mengendalikan variabel non eksperimen agar tidak memengaruhi hasil eksperimen,
namun sering dijumpai adanya kejadian yang sulit dikontrol dan diprediksi,
misalnya: tiba-tiba dijumpai adanya siswa yang suka mengganggu jalannya
pelajaran, sehingga mempengaruhi temannya untuk tidak disiplin, atau terganggu
konsentrasinya akibat ulah satu atau beberapa temannya. Dapat terjadi pula
adanya pemberian bimbingan belajar di luar jam pelajaran, baik oleh anggota
keluarga atau yang lain.
Perlu disadari bahwa sebenarnya banyak sekali
faktor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap eksperimen. Oleh karena itu,
peneliti eksperimen perlu hati-hati pada setiap langkah agar selalu
memperhatikan adanya kemungkinan timbulnya kesesatan, dan ada upaya untuk
mengendalikan.
D. Kesesatan Dalam Eksperimen
Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi,
keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat memengaruhi
hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperimen selalu dibedakan adanya
variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk mengetahui
suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen
sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel
yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen
disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang
hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui
pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol
dikenakan variabel eksperimen yang berbeda (misalnya metode pemecahan soal
untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman konsep untuk kelompok control)
atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol,
baik untuk kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Ini disebut variabel
yang dikontrol atau controlled variable. Akan tetapi sebagian lagi dari
variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau
dikendalikan. Ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variable. Dalam setiap
eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian
disebabkan oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh
variabel ekstrane. Oleh karena itu, setiap guru yang akan melakukan eksperimen
harus memprediksi akan munculnya variabel pengganggu ini.
Adanya perbedaan hasil eksperimen yang dilakukan
oleh peneliti/guru/ pengawas dari kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol,
bukan secara mutlak disebabkan tindakan yang diberikan, tetapi sebagian lagi
karena adanya variabel luar/ekstrane yang ikut mempengaruhinya. Besar kecilnya
pengaruh variabel ekstrane yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan dengan
yang diobservasi dalam hasil eksperimen disebut kesesatan atau errors. Dalam
eksperimen dapat dijumpai adanya dua jenis kesesatan yaitu : (1) Kesesatan
konstan, dan (2) Kesesatan tidak konstan (kesesatan kompensatoris). Kesesatan
konstan merupakan pengaruh akibat variabel ekstrane, yang selalu ada dalam
setiap eksperimen. Variabel ini tidak dapat diketahui, tidak dapat diukur dan
sulit untuk dikendalikan, serta tidak mudah untuk diperhitungkan dan dipisahkan
dengan perbedaan hasil yang ditimbulkan oleh variabel eksperimen. Sebagai
contoh dari kesesatan konstan adalah sebagai berikut.
Suatu penelitian eksperimen dilakukan untuk
mengetahui pengaruh suatu metode (pemecahan soal) terhadap prestasi belajar
matematika. Prosedur eksperimen telah dilaksanakan sesuai dengan metodologi
yang benar, maka peneliti berkeyakinan bahwa adanya perbedaan hasil belajar
siswa nanti secara mutlak dipengaruhi oleh baiknya metode yang dilakukan. Ia
tidak menyadari adanya berbagai variabel yang mungkin dapat mengganggu proses
dan hasil eksperimen. Variabel pengganggu kesesatan konstan; misalnya pada
kelompok kontrol terdapat siswa yang pada sore hari ikut pelajaran
tambahan/privat. Di samping itu, banyak orang tua/keluarga yang peduli sekali
terhadap waktu dan kedisiplinan belajar anaknya, sehingga anak itu selalu
dibimbing atau diawasi orang tuanya. Ditinjau dari segi guru yang mengajar di kelompok
kontrol mempunyai karakteristik kecakapan mengajar, penguasaan bahan ajar,
kepribadian, dan pendekatan kepada siswa sangat bagus. Alat untuk mengukur
kemampuan siswa baru mampu mengukur sebagian dari kecakapan dan materi yang
diajarkan. Variabel-variabel tersebut merupakan variabel luar/ekstrane yang
sulit diperhitungkan, sulit dikendalikan, sehingga disinilah muncul adanya
kesesatan konstan.
Dengan adanya kesesatan itu, berakibat setelah data
akhir eksperimen diperoleh dan dianalisis terjadi tidak adanya perbedaan antara
hasil belajar matematika bagi siswa kelompok eksperimen yang diberi perlakukan
metode A (pemecahan soal) dengan kelompok kontrol yang menggunakan metode B
(pemahaman konsep). Mengapa hal ini terjadi ? Padahal secara teori jelas bahwa
metode pemecahan soal lebih baik dibandingkan dengan metode pemahaman konsep.
Apa jawabannya? Hal ini terjadi karena banyaknya variabel luar/ekstrane yang
muncul pada suatu kelompok tertentu pada saat waktu pelaksanaan eksperimen.
Jadi, hasil belajar pada siswa kelompok kontrol telah dicemar oleh varibel
ekstrane yang peneliti tidak mampu memperhitungkannya. Padahal kalau eksperimen
berjalan dengan mulus tanpa banyak dipengaruhi variabel yang menyesatkan, besar
kemungkinan metode yang dicobakan pada kelompok eksperimen akan mampu
memberikan hasil belajar yang lebih baik.
Kemudian, tindakan apa yang sebaiknya dilakukan
guru yang akan melakukan eksperimen? Perlu mempersiapkan secara maksimal
berbagai komponen yang berkaitan dengan metode yang akan dieksperimenkan pada
bidang materi pelajaran tertentu, baik yang berkaitan dengan metode
pembelajaran yang akan diperlakukan, materi pelajaran, guru pelaksana tindakan,
siswa yang dikenai tindakan, kondisi/situasi kelas, lingkungan belajar, maupun
komponen lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil eksperimen. Selama proses
kegiatan ekperimen berlangsung, peneliti perlu memperhatikan adanya variabel
lain yang dimungkinkan akan dapat mengganggu. Hal ini dilakukan untuk
mengantisipasi munculnya variabel luar yang dapat menyesatkan hasil eksperimen.
Kemudian, apa yang dimaksud dengan kesesatan tidak
konstan itu? Kesesatan tidak konstan adalah kesesatan yang terjadi pada satu
atau beberapa kelompok dalam suatu eksperimen, tetapi tidak terjadi pada satu
kelompok lain. Kesesatan pada jenis ini ada kemungkinan untuk dapat
diperhatikan atau dikendalikan pada waktu mempersiapkan eksperimen, atau
menentukan pola eksperimen. Kesesatan tipe ini dapat dibedakan ke dalam tiga
jenis, yaitu:
1). Kesesatan tipe S (Subyek).
2). Kesesatan tipe G (Group), dan
3). Kesesatan tipe R (Replikasi).
Untuk mendapatkan pemahaman tentang beberpa tipe
kesesatan tersebut di atas berikut ini disampaikan penjelasan singkatnya.
1) Kesesaatan Tipe S
Ciri khusus dari kesesatan adalah adanya fluktuasi subyek sampling
pada suatu penugasan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok
pembanding/kontrol pada suatu eksperimen. Kejadian ini kemungkinan muncul
karena dalam salah satu atau kedua kelompok itu terhimpun beberapa orang dalam
segi perimbangan menguntungkan salah satu dari kelompok. Misalnya, dalam suatu
eksperimen yang ingin diketahui pengaruh metode terhadap hasil belajar
matematika pada suatu kelas di sekolah dasar, mungkin sekali secara kebetulan
pada kelas pembanding terhimpun siswa yang memiliki IQ yang lebih tinggi dan
rajin belajar. Setelah proses eksperimen berakhir, diadakan tes kepada kedua
kedua kelompok secara bersamaan. Setelah diadakan analisis statistik dengan
menggunakan uji t diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan pengaruh
antara metode A dan metode B terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas
tertentu pada SD tersebut. Mengapa demikian? Hal ini dapat disebabkan hasil
belajar dari kedua kelompok eksperimen (kontrol dan eksperimen) bukan
disebabkan oleh pengaruh metode, tetapi karena adanya perbedaan subyek (S) yang
ditugasi pada kedua kelompok tersebut. Maka dalam pelaksanaan eksperimen,
distribusi subyek yang akan ditugasi pada kelompok-kelompok eksperimen harus
diseimbangkan, hal ini agar mendapatkan perhatian bagi para peneliti eksperimen
pembelajaran.
2) Kesesatan Tipe G
Pada suatu eksperimen dapat terjadi adanya variabel-variabel luar yang
mempengaruhi satu atau beberapa kelompok siswa dalam suatu kegiatan eksperimen,
tetapi tidak menyangkut seluruh kelompok yang digunakan. Dalam suatu eksperimen
bidang pembelajaran seorang guru yang ditugasi untuk mengajar dengan metode CTL
(eksperimen) sedemikian baiknya sehingga memberikan pengaruh yang sangat
sistematis terhadap prestasi belajar siswa, dan sebaliknya di kelas lain,
diajar oleh guru yang kurang mempunyai motivasi mengajar, kurang menguasai
bahan ajar, dan bahkan kurang disiplin. Demikian pula kalau dalam suatu
kelompok eksperimen terdapat siswa yang nakal, dan sering mengganggu temannya
waktu pelajaran sedang berlangsung, akan mempengaruhi hasil eksperimen pada
kelas tersebut. Kalau hal ini terjadi maka kesesatan tipe G telah mempengaruhi
eksperimen, dan hasil eksperimen tersebut akan tercemari.
3) Kesesatan Tipe R
Ada pola eksperimen yang dilakukan terhadap beberapa eksperimen yang
dilakukan secara serentak dengan menggunakan sampel dari bermacam-macam
sub-populasi. Pada eksperimen tersebut disebut Replikasi. Berdasarkan pada
istilah inilah kesesatan tipe R ini muncul.
Pada eksperimen-eksperimen yang menggunakan metode
mengajar yang dilakukan beberapa kali umumnya dikerjakan oleh seorang guru.
Akan tetapi, guru lain juga dapat mereplika (mengulangi dalam keadaan yang
sama) setelah memahami apa yang dilakukan oleh guru sebelumnya. Kesesatan tipe R
ini terjadi bilamana variabel luar memberikan pengaruh secara sistematis
terhadap satu replikasi, tetapi tidak memberikan pengaruh pada replikasi yang
lain. Metode mengajar yang pernah diberikan sebelumnya mungkin memberikan
landasan yang sangat menguntungkan bagi metode yang sedang dicobakan, dan tidak
demikian halnya yang ada pada kondisi sebaliknya. Metode yang akan dicobakan
ternyata sudah biasa diberikan, sehingga siswa pada sekolah itu akan
mendapatkan prestasi belajar yang lebih baik daripada sekiranya mereka
diajarkan dengan metode lain. Kalau eksperimen ini dilaksanakan pada suatu
sekolah, maka perbedaan pengaruh variabel yang diobservasi dapat dianggap bebas
dari kesesatan R itu. Akan tetapi kalau ditinjau dari segi banyaknya replikasi
pada suatu eksperimen yang diadakan di beberapa sekolah, mungkin terjadi
kesesatan tipe ini dan berpengaruh terhadap rerata dari variabel yang
dieksperimenkan.
E. Pelaksanaan Eksperimen
Sesudah mempersiapkan desain/rancangan eksperimen
serta berusaha mengantisipasi berbagai kesesatan yang mungkin dapat mengganggu
pelaksanaan dan hasil eksperimen, maka apa yang harus dilakukan agar eksperimen
tersebut dapat berjalan dengan baik? Namun, sebelum ke pelaksanaannya perlu
dikaji ulang, apakah materi yang akan diajarkan sudah disiapkan dengan baik?
Apakah kedua kelompok eksperimen sudah dipersiapkan sesuai prosedur penelitian
eksperimen? Dan, guru yang akan melaksanakan sudah dipersiapkan secara memadai
dan memiliki kualitas yang seimbang? Kalau semuanya sudah dikaji barulah kita
memperhatikan langkah berikut ini.
1.
Selama 4 bulan (kalau ini rencana eksperimennya)
kelompok A sebagai kelompok eksperimen diberikan materi yang sama dengan
kelompok kontrol. Sedangkan metode pembelajaran yang digunakan berbeda.
Kelompok A dengan metode pemecahan soal, sedangkan kelompok B dengan metode
pemahaman konsep (umpama ini yang direncanakan).
2.
Selama pelaksanaan eksperimen diupayakan
semaksimal mungkin agar kesesatan tidak timbul terutama kesesatan yang tidak
konstan, baik siswa maupun guru pelaksana, agar tidak mengganggu hasil
eksperimen.
3.
Selama eksperimen perlu diamati semua perubahan
yang terjadi berdasarkan pedoman observasi yang telah dipersiapkan, misalnya
aspek perhatian siswa, keberanian siswa berpendapat, kondisi kelas, kedisiplinan
siswa, dan lain-lain.
4.
Sesudah waktu eksperimen selesai (sesudah 4
bulan), diadakan tes akhir eksperimen. Jenis tes, materi tes serta waktu
pelaksanaan tes yang diberikan pada kelompok eksperimen dan kontrol harus sama.
5.
Sesudah data dikoreksi dan dianggap lengkap,
ditabulasi dan dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang sudah
disusun dari kedua kelompok tersebut dianalisis dengan statistik uji t. Kalau
kesimpulan menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan, maka perlu dilihat
mana Meannya yang lebih besar itulah yang lebih efektif/baik. Kalau Mean pada
kelompok eksperimen lebih baik, maka dapat disimpulkan bahwa metode pemecahan
soal lebih efektif dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika yang
berarti hipotesis kerjanya diterima.
Bagaimana kalau hasil eksperimen ternyata menolak
hipotesis kerja? Apakah penelitian itu kemudian tidak berarti dan tidak dapat
diajukan untuk mendapatkan kredit pengembangan profesi? Kalau diajukan apakah
tidak dapat dinilai sehingga hasil penelitian itu tidak bermanfaat? Kita tidak
bisa langsung menjawab ya atau tidak. Perlu dikaji secara hati-hati dengan
menggunakan dasar berpikir ilmiah/logika. Coba marilah kita diperhatikan
beberapa asumsi berikut untuk direnungkan:
1)
Dasar penyusunan hipotesis apakah sudah
menggunakan dasar teori serta temuan ilmiah yang relevan? Jawabannya sudah,
kalau sudah kita ke alur berikutnya.
2)
Bilamana penelitian itu merupakan penelitian
eksperimen, apakah persiapan eksperimen sudah dilakukan secara ilmiah menurut
dasar-dasar penelitian eksperimen? Jawabannya sudah; baik yang menyangkut
penetapan kedua kelompok kontrol dan eksperimen), maupun penetapan pelaksana
eksperimen. Kalau sudah, marilah ke pertanyaan berikutnya.
3)
Kalau demikian, apakah kondisi-kondisi pada
kedua kelompok eksperimen tersebut sudah diperhatikan dengan baik dan seimbang?
Jawabannya sudah, waktu masuk sekolah, lingkungan kelas, peralatan/ alat peraga
serta bahan ajar yang akan diberikan dan komponen lain yang terkait. Kalau
demikian perlu kita lanjut ke pertanyaan selanjutnya.
4)
Penyebabnya ada kemungkinan peneliti kurang
memperhatikan adanya kesesatan tidak konstan yang ditimbulkan dari berbagai
aspek, misalnya adanya siswa yang sering mengganggu salah satu kelompok
eksperimen, atau adanya tindakan guru pelaksana eksperimen/kontrol yang kurang
serius dalam bertugas, atau di suatu kelas terhimpun siswa yang memiliki
potensi dan motivasi belajar yang kuat yang berkaitan dengan materi pelajaran
yang dieksperimenkan. Misalnya pelajaran matematika, di suatu kelas terhimpun
siswa yang IQ-nya bagus-bagus dan tidak demikian pada kelas yang lain. Kalau
hal ini jawabannya tidak dan masalah itu sudah diperhatikan serta sudah
dilaksanakan guru pelaku eksperimen/peneliti, maka peneliti perlu mengajukan
pertanyaan berikutnya.
5)
Kemungkinan peneliti waktu menyusun alat
evaluasi belajar hasil eksperimen tidak memperhatikan tingkat validitas dan
reliabilitasnya. Artinya ketepatan dan ketelitian alat evaluasinya tidak
terpenuhi, atau tingkat keterandalannya belum diperhatikan, atau belum mencakup
seluruh materi pelajaran. Atau, waktu pelaksanaan evaluasi/tes akhir tidak
dilakukan bersamaan, sehingga siswa pada salah satu kelas mendapatkan bocoran
dari kelas lain. Kalau jawabannya juga tidak, maka lanjutkan ke pertanyaan yang
ke-6.
6)
Jika demikian ada kemungkinan cara analisis
datanya tidak tepat, tidak mengikuti teknik analisis statistik eksperimen
sesuai dengan pola yang digunakan. Dimulai dari koreksi hasil post
test/evaluasi akhir, tabulasi sampai penggunaan pada analisis dengan teknik
statistiknya harus benar, kesalahan tanda koma saja dapat mengakibatkan dari
ada perbedaan menjadi tidak ada atau sebaliknya. Bilamana hal ini juga sudah
dilaksanakan dengan statistik dan prosedur analisis yang tepat dan hati-hati
oleh peneliti. maka tinggal kemungkinan/ alternatif atau asumsi terakhir.
7)
Kalau keenam hal di atas sudah dilaksanakan
dengan baik, hati-hati dan juga tidak melakukan penyimpangan, maka kemungkinan
terakhir yaitu adanya kesesatan konstan yang tidak mungkin peneliti mampu untuk
mengatasi/menghilangkan, tetapi peneliti juga tidak mencoba mengurangi
kesesatan ini. Kondisi itu misalnya, pada salah satu kelompok sebagian besar
siswa pada sore hari mengikuti pelajaran tambahan, banyak dibimbing
saudara/orang tuanya pada malam hari, budaya disiplin belajar telah tertanam
pada sebagian siswa, alat/sarana/media belajar siswa lengkap atau sebaliknya
pada kelompok lain banyak anak yang malas belajar dan faktor lain yang dapat
berpengaruh terhadap hasil belajar.
Untuk itu, bilamana hasil penelitiannya menolak
hipotesis dan peneliti mampu memberi alasan/bahasan yang logis dan argumentasi
yang jelas, dan kuat maka hasil penelitian tersebut tetap dapat diajukan dan
bahkan mungkin mempunyai nilai/kredit atau dapat diusulkan/diajukan untuk kenaikan
jabatan/ pangkat pengembangan profesi. Justru kalau hasil penelitian menolak,
hipotesisnya dibangun dengan mempunyai dasar kuat dan data lapangan yang
dihasilkan secara faktual memang mendukung adanya, maka akan dapat menumbuhkan
pemikiran baru, konsep baru yang dapat mengarah ke pembentukan teori baru kalau
penelitian lanjutan untuk memperkuat hasil penelitian tersebut dilakukan.
Akibatnya, diperolehnya konsep baru, preposisi baru akan dapat mengembangkan
teori baru dan meninggalkan teori lama. Memang jarang dijumpai adanya peneliti
yang demikian atau peneliti tidak berani menyampaikan hasil penelitiannya
bilamana hasil analisis tidak menerima hipotesis kerjanya, karena peneliti
belum mampu memberikan alasan yang mendasar atas ditolaknya hipotesis tersebut.
Sesudah dipahami bagaimana mempersiapkan/menyusun
rancangan eksperimen, melaksanakan serta faktor apa yang harus dikendalikan
agar tidak mengganggu hasil eksperimen, perlu dipelajari beberapa jenis
eksperimen mana yang paling sesuai bagi guru yang akan mencoba metode
pembelajaran dalam upaya memperbaiki hasil belajar siswa. Dipersilahkan Anda
membaca bagian berikut ini.
F. Desain Eksperimen
Apakah desain eksperimen itu? Desain eksperimen
adalah suatu rancangan percobaan dengan setiap langkah tindakan yang
terdefinisikan, sehingga informasi yang berhubungan dengan atau diperlukan
untuk persoalan yang akan diteliti dapat dikumpulkan secara faktual. Dengan
kata lain, desain sebuah eksperimen merupakan langka-langkah lengkap yang perlu
diambil jauh sebelum eksperimen dilakukan agar data yang semestinya diperlukan
dapat diperoleh sehingga akan membawa ke analisis obyektif dan kesimpulan yang
berlaku dan tepat menjawab persoalan yang dibahas.
Sebagai contoh, untuk meneliti pengaruh metode
pemecahan soal terhadap prestasi belajar matematika, perlu dipersiapkan
rancangan/proposal penelitian. Untuk itu, perlu jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan berikut:
a.
Persoalan apa yang menjadi pusat perhatian
peneliti sehingga harus melakukan penelitian dengan penelitian eksperimen?
b.
Bagaimana mempersiapkan kelompok eksperimen dan
kontrol?
c.
Karakteristik metode pembelajaran apa yang akan
dibandingkan?
d.
Variabel tergantung (dependent) apa yang menjadi
pusat perhatian peneliti dan apa instrumen pengukurnya?
e.
Apa teori dasar yang harus dipersiapkan?
f.
Berapa lama eksperimen akan dilakukan?
g.
Metode analisis apa yang tepat digunakan?
h.
Bagaimana mengurangi kesesatan pada kedua
kelompok? Pertanyaan di atas memberi gambaran bahwa suatu desain untuk
mengerjakan suatu eksperimen perlu dipikirkan selengkap dan serinci mungkin,
agar dapat dipakai pegangan dalam pelaksanaannya.
Dalam penelitian eksperimen kita tidak
terkonsentrasi pada satu jenis desain/ pola eksperimen saja. Ada tiga desain
yang disajikan, guru dapat memilih alternatif mana yang paling tepat untuk
mencoba suatu tindakan tertentu bilamana kondisi siawa/kelas/sekolah mengalami
masalah. Setiap pola/desain eksperimen mempunyai kelemahan dan kebaikannya,
namun peneliti harus mampu memilih desain eksperimen yang dapat dilaksanakan
dan paling minim mengandung resiko kelemahan. Sebenarnya lebih dari 8 (delapan)
desain eksperimen yang dapat kita pelajari, namun berikut ini hanya disampaikan
beberapa desain eksperimen yang sering digunakan guru dalam memperbaiki hasil
belajar siswa, yaitu:
1) Treatments by Levels Designs,
2) Treatment by Matched Groups Designs, dan
3) Matched Subjects Designs.
Untuk mendapatkan gambaran yang agak jelas berikut
ini diuraikan secara singkat ketiga desain eksperimen tersebut.
1. Treatment by Levels Designs.
Desain ini memberikan dasar-dasar pengamatan
stratifikasi yang lebih baik. Kita sadari bahwa pada setiap kelompok/kelas
selalu dijumpai adanya siswa yang masuk kelompok tinggi dan rendah, ada
siswa-siswa yang pandai dan kurang pandai, maka melalui desain ini stratifikasi
itu perlu mendapat perhatian dalam menentukan kelompok kontrol dan eksperimen.
Kondisi semacam ini dalam pelaksanaan suatu eksperimen perlu diperhatikan agar
tidak banyak mengganggu hasil akhir eksperimen.
Untuk itu, dalam persiapan eksperimen, peneliti
harus menentukan dua kelompok yang di dalamnya terdistribusi siswa yang
berkemampuan yang seimbang. Walupun demikian bukan berarti bahwa desain ini
sudah terbebas dari kesesatan, masih juga dapat terjadi bilamana tidak
memperhatikan pelaksana/guru pelaku tindakan baik di kelompok eksperimen atau
di kelompok kontrol. Pengulangan juga terjadi kalau tidak diperhatikan
kemungkinan pengulangan metode pada kedua kelompok itu. Di samping itu, juga
perlu diperhatikan variabel lain yang dapat berpengaruh terhadap hasil
eksperimen, maka persiapan perlu dilakukan sebaik-baiknya.
2. Treatment by Matched Group Designs
Desain eksperimen ini merupakan desain yang paling
banyak digunakan para guru dalam menguji keampuhan suatu metode pembelajaran
dibandingkan metode lain. Data untuk persiapan dengan desain eksperimen ini
dapat diperoleh dari dokumen atau memberikan pretest kepada siswa yang akan
dijadikan subyek penelitian. Persoalan pokok yang perlu dipikirkan lebih awal
pada matching group adalah faktor-faktor yang harus diseimbangkan agar
kelompok-kelompok yang mengikuti eksperimen dapat berjalan pada kondisi
eksperimental tanpa dipengaruhi faktor ekstrane. Prinsipnya semua faktor yang
dipandang dapat mempengaruhi/mengotori pengaruh tindakan/ treatment harus
di-matched/ dijodohkan sebelum tindakan atau eksperimen dilakukan. Misalnya
prestasi belajar dan kecerdasan /inteligensi dipandang akan berpengaruh pada
hasil eksperimen, maka kedua faktor itu harus di-matched.
Cara melakukan matching dapat dilakukan dengan
menguji perbedaan kelompok-kelompok yang dicoba akan menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol dengan analisis t-test. Bilamana ada perbedaan
antara kedua kelompok itu eksperimen tidak dapat diteruskan, berarti kedua
kelompok itu harus menunjukkan adanya kesamaan.
3. Matched Subjects Designs
Desain ini berlandaskan pada adanya matched
subjects pada dua kelompok yang dipersiapkan untuk eksperimen. Pada matched
groups, yang dipakai dasar adalah menjodohkan kedua kelompok itu dengan
perhitungan seluruh subyek yang ada pada tiap kelompok, sedang matched subjects
yang dijodohkan tiap-tiap subyek pada kelompok yang satu dengan subyek pada
kelompok yang lain. Pada matched subjects dapat dijodohkan dengan sistem: a) nominal
pairing, b) ordinal pairing, atau c) combined pairing. Pada Nominal pairing
yang dipasang-pasangkan seperti jenis kelamin, jenis pekerjaan orang tua,
sedang ordinal pairing yang dipasang-pasangkan adalah intelegensi, prestasi
belajar, atau tingkat pendidikan. Sedangkan pada combined pairing, yang
dipasang-pasangkan adalah kombinasi antara nominal dan ordinal pairing. Pada
pelaksanaannya sangat tergantung pada pelaku eksperimen, sistem apa yang akan
dipakai.
Desain ini mempunyai kepekaan (sensitivitas) yang
lebih tinggi dibandingkan dengan desain lainnya dalam mendeteksi perbedaan
pengaruh tindakan/treatment, apalagi kalau mampu memperhatikan faktor-faktor
lain yang dapat mencemari hasil eksperimen.
G. Laporan Penelitian
Kegiatan paling akhir dan sering tertunda-tunda
serta menjemukan adalah menyusun laporan hasil penelitian. Agar tidak tertunda
dan tetap segar untuk menyusun laporan dapat dimulai sejak peneliti
melaksanakan kegiatan eksperimennya. Apa yang harus ditulis awal, penelitiannya
saja baru dimulai? Kalau kita memperhatikan materi yang akan ditulis pada
laporan hasil penelitian itu, harus diingat rancangan/proposal penelitian yang
sudah disusun sejak awal. Rancangan penelitian yang sudah lengkap dan
terstruktur secara sistematis, akan memberikan bahan dasar laporan yang sangat
berharga dan mengurangi beban waktu penyusunan laporan. Tiga bab dari lima bab
pada laporan sudah ada di dalam rancangan/proposal penelitian, walaupun masih
perlu dipertajam, disempurnakan dan dilengkapi sesuai dengan apa yang akan
dilaksanakan peneliti. Oleh karena itu, sambil melaksanakan eksperimen
guru/peneliti dapat mengawali menyusun laporan pada bab pendahuluan, kajian
teori dan pustaka, serta bab metode penelitiannya.
Bab atau bagian baru dan lebih membutuhkan pemikiran
peneliti dan belum ada di proposal adalah Bab IV yang menyajikan hasil
penelitian dan pembahasan. Bab ini baru dapat ditulis kalau kegiatan
pengumpulan data dan kegiatan eksperimennya sudah selesai. Semua data dari
proses sampai hasil akhir eksperimen harus disajikan pada bagian ini. Cara
menyajikan dapat dalam bentuk tabel, grafik, skema atau bagan, dan bertujuan
untuk mempermudah pembaca memahmi makna yang disampaikan peneliti. Hasil
analisis data didasarkan pada hasil yang diperoleh dari tes materi pelajaran
serta angket pada akhir pelajaran/eksperimen. Untuk menyusun laporan
penelitian, guru diharapkan memahami sistematika penulisan yang sudah
ditetapkan, seperti yang terlampir pada bagian akhir dari hand-out ini. Pada
prinsipnya sistematika pembahasan mengandung tiga bagian pokok yaitu, bagian
awal, bagian inti dan bagian pendukung. Agar karya ilmiah jenis penelitian ini
memenuhi syarat untuk dinilai angka kreditnya, diwajibkan ada pengesahan dari
kepala sekolah dan guru pengusul/peneliti.
H. Penutup
Penelitian eksperimen merupakan jenis penelitian
yang dapat dilaksanakan oleh guru di samping penelitian tindakan kelas. Kalau
dilakukan dengan hati-hati dan cermat besar kemungkinan akan mendapatkan
kepuasan tersendiri, baik dalam bidang akademik maupun ilmu pengetahuan yang
diperoleh. Guru sering sekali memperoleh ilmu baru, mendapat metode baru yang
dapat dicobakan untuk mendapatkan gambaran secara jelas perbedaan yang
diakibatkan, terlebih kalau mampu mengendalikan variabel pengganggu pelaksanaan
eksperimen. Untuk itu mempelajari berbagai jenis penelitian sangat penting
dalam mengantarkan guru dalam meningkatkan/ mengembangkan profesinya secara
nyata dalam menghayati berbagai masalah yang dihadapi sehari-hari di kelas.
Dengan penguasaan penelitian eksperimen akan dapat melengkapi tugas guru dalam
upaya mengantarkan para siswanya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik.
Selamat mencoba untuk melakukan penelitian eksperimen yang sesuai dengan
disiplin ilmu yang sedang ditekuni dan dikembangkan.