Makalah
“Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran
Kurikulum 2013”
Oleh
:
Kelompok 4
Anggota
Kelompok :
·
Farida
Meliana L. Tobing (ACC 114 023)
·
Lusiana
Hidayati (ACC 114 024)
·
Muhammad
Fauji Rahman (ACC 114 030)
·
Okta
Pirera (ACC 114 061)
·
Rini
Astuti (ACC 114 019)
·
Rois
AL Faizin (ACC 114 015)
·
Yesi
Afrianti Tundan (ACC 114 045)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perubahan
merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang
terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum sebelumnya. Dalam
rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah menetapkan
Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada Sekolah/Madrasah, yang
juga bisa disebut dengan pembelajaran saintifik.
Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen
yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah pendekatan
dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan pendekatan dan
strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada perubahan mindset
dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi pembelajaran pola
baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Diperkenalkannya
kurikulum 2013
ini
banyak pihak berharap bahwa
dunia
pendidikan di Indonesia semakin berkembang
dan
semakin maju. Dengan sistem pembelajaran saintifik yang di dalamnya banyak terkadung berbagai metode pembelajaran yang
dapat di
gunakan oleh peserta didik. Di sini yang
mendominasi seluruh
pembelajaran adalah peserta didik, peserta didik di harapkan aktif dan bersifat memberi ilmu pengetahuan juga kepada teman
yang lain,
jadi
tidak
hanya menerima saja. Proses pembelajaran sepenuhnya
diarahkan pada pengembangan ketiga ranah (sikap, pengetahuan, dan keterampilan)
secara utuh atau holistic, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan yang lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara
utuh melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap
pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
1.2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah diatas, penulis dapat mengambil
rumusan masalah sebagai berikut :
1.
Apa yang melatar
belakangani terbentuknya pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013
?
2.
Apa pengertian
pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 ?
3.
Apa saja kriteria
pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 ?
4.
Bagaimana langkah-langkah
pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 ?
5.
Apa saja kelebihan dan
kekurangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui yang melatar
belakangani terbentuknya pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013
2.
Untuk mengetahui pengertian pendekatan saintifik dalam
pembelajaran kurikulum 2013
3.
Untuk mengetahui kriteria pendekatan
saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013
4.
Untuk mengetahui langkah-langkah
pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013
5.
Untuk mengetahui kelebihan dan
kekurangan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013
1.4
Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini kita dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang yang melatar belakangi, pengertian, kriteria, langkah-langkah, kelebihan dan kelemahan pendekatan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013, serta bisa dijadikan modal kita saat sudah mengajar nanti.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Yang Melatar
Belakangani Terbentuknya Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013
Perubahan merupakan sesuatu yang harus
terjadi pada bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi adalah pergantian
kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan
yang bermutu, pemerintah telah menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan
di sekolah / madrasah. Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi
pendekatan pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang
ini. Scientific approach (pendekata
ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi
pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan
pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses
pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan
pendekatan ilmiah.Sebagai bagian dari Kurikulum 2013 yang menekankan pentingnya
keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan, kemampuan
matematika yang dituntut dibentuk melalui pembelajaran berkelanjutan: dimulai
dengan meningkatkan pengetahuan tentang metode-metode matematika, dilanjutkan
dengan keterampilan menyajikan suatu permasalahan secara matematis dan
menyelesaikannya, dan bermuara pada pembentukan sikap jujur, kritis, kreatif,
teliti, dan taat aturan.
2.2 Pengertian
Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013
Pendekatan saitifik adalah konsep dasar
yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode mengajar dengan
menerapkan karakteristik yang ilmiah. Dengan proses pembelajaran yang demikian
maka diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang
terintegtitasi. Terdapat tiga model pembelajaran yang digunakan dalam metode
pendekatan scientific yaitu :
1.
Discovery Learning
(Penemuan)
2.
Project Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Proyek)
3.
Problem Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Masalah)
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk
memberikan pemahaman kepada peseta didik dalam mengenal, memahami berbagai
materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana
saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena
itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipata diarahkan untuk mendorong
peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan
bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi,
mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru
tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau
semakin tingginya kelas siswa.
2.3 Kriteria
Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013
Pendekatan saintifik (scientific
approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja
yang memenuhi kriteria ilmiah. Dalam konsep pendekatan saintifik yang
disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal ada 7
(tujuh) kriteria dalam pendekatan saintifik. Ketujuh kriteria tersebut adalah
sebagai berikut :
- Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau
fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu,
bukan sebatas kira–kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi
edukatif guru– siswa terbebas dari prasangka yang serta merta,
pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
- Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara
kritis, analitis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir
hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu samalain dari
materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi siswa dalam memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon materi pembelajaran.
- Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris
yang dapat dipertanggungjawabkan.
- Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana
dan jelas, tetapi menarik sistem penyajiannya.
2.4
Langkah-langkah Pendekatan Saintifik Dalam
Pembelajaran Kurikulum 2013
Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
dalam proses pembelajaran adalah mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Berikut ini
dalah gambar masing-masing langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran
menggunakan Pendekatan Saintifik.
Gambar 1. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah,yaitu attitude/sikap,
knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (disingkat KSA= knowledge,
skill, dan attitude).
Gambar 2. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terintegrasi
a. Ranah sikap menggamit transformasi materi pelajaran
agar peserta “tahu mengapa”.
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi materi
pelajaran agar peserta “tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi materi
pelajaran agar peserta “tahu apa”.
d. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan
keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup layak (hard
skills) dari siswa yang meliputi kopetensi sikap, pengetahuan, dan
keterampilan.
e. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan yang terintegrasi. Kelima kegiatan/langkah pembelajaran
menggunakan Pendekatan Saintifik diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan
inti pembelajaran. Penjelasan untuk langkah-langkah/kegiatan-kegiatan yang
dilakukan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik adalah sebagai
berikut.
a.
Mengamati
Pengamatan atau observasi adalah menggunakan panca indera
untuk memperoleh informasi. Mengamati adalah kegiatan studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan
pengamatan dan pencatatan. Kegiatan mengamati mengutamakan proses pembelajaran
yang bermakna. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, diantaranya: menyajikan media atau
objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu siswa, serta
pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin
tahu siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna.
Lampiran
Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengamati dilakukan melalui
kegiatan membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya. Peran
guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati. Guru bisa
menyajikan media berupa gambar, video, benda nyata, miniatur, dll. Guru
memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar)
hal yang penting dari suatu benda/objek. Siswa mengamati objek/media yang akan
dipelajari atau digunakan saat pembelajaran. Kompetensi yang ingin dikembangkan
dari kegiatan ini adalah melatih ketelitian, kesungguhan, dan mencari
informasi. Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yan berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
yang diamati tersebut. Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan mengamati
adalah sebagai berikut.
a. Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan
diobservasi.
b. Membuat pedoman observasi atau sesuai dengan lingkup
objek yang akan diobservasi.
c. Menentukan data yang perlu diobservasi.
d. Menentukan tempat objek yang akan diobservasi.
e. Menentukan bagaimana observasi akan dilakukan.
f. Menentukan cara melakukan pencatatan atas hasil
observasi.
Siswa
melakukan pengamatan terhadap benda untuk mengetahui karakteristiknya, misal:
warna, volume, bau, bentuk, tekstur, berat, dan suaranya. Benda memiliki
karakteristik yang berbeda jika terkena pengaruh lingkungan. Perilaku manusia
juga bisa diamati oleh siswa. Pengamatan terhadap perilaku manusia dilakukan
untuk mengetahui kebiasaan, sifat, respon, pendapat, dan karakteristik lainnya.
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil dari
pengamatan kualitatif berupa deskripsi dan pengamatan kuantitatif berupa hasil
pengukuran. Pengamatan kuantitatif untuk melihat perilaku manusia atau hewan
dilakukan dengan cara menghitung banyaknya kejadian.
Tabel 2. Tabel Contoh Data Kualitatif dan Kuantitatif
Guru
bisa meminta siswa untuk mengamati fenomena alam atau fenomena sosial, seperti
mengamati tingkah laku hewan, mengamati benda yang ada di lingkungan kelas dan
rumah, mengamati ciri-ciri wajah teman, mengamati kegiatan di masjid, dll.
Hosnan menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran seharusnya tidak terbatas dalam
ruang kelas, melainkan dapat di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai sumber pembelajaran. Dengan mengamati lingkungan, siswa akan
memperoleh pengalaman langsung. Pengalaman langsung dalam kegiatan mengamati
ini merupakan alat yang baik untuk memperoleh kebenaran/fakta. Selain itu,
siswa juga bisa diminta untuk mengamati media. Adapun fungsi media menurut
Sadiman adalah sebagai berikut.
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu
bersifat verbalisme.
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3. Mengatasi sikap pasif peserta didik.
Fungsi
dari media menurut Sagala yaitu lebih menarik perhatian dan minat murid dalam
belajar. Siswa dituntut untuk cermat dalam mengamati suatu fenomena atau
permasalahan agar mendapatkan informasi yang akurat. Setelah melakukan
pengamatan, siswa melakukan pencatatan hasil pengamatan. Catatan ini berisi
tentang hal-hal apa yang diamati dan dianggap penting oleh siswa. Catatan pengamatan
juga harus dilakukan langsung setelah melakukan pengamatan. Selain itu, catatan
pengamatan juga harus memuat keterangan objek pengamatan, tempat, tanggal dan
waktu pengamatan.
b.
Menanya
Langkah
kedua dalam Pendekatan Saintifik adalah menanya. Kegiatan menanya adalah
membuat dan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati. Model pembelajaran menanya sebenarnya merupakan pengembangan dari
metode tanya jawab. Sudirman mengartikan bahwa “metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama guru
kepada siswa, tetapi dapat pula siswa kepada guru”. Metode tanya jawab juga
dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan
penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) dengan berbagai sumber belajar,
seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video,
masyarakat, alam, dan sebagainya. Berdasarkan pembahasan di atas, dapat
disimpulkan bahwa menanya adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang
diamati untuk memahami materi pembelajaran.
Peran
guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses menanya. Siswa dilatih
mengembangkan kemampuan bertanya mulai dari siswa masih menggunakan pertanyaan
dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan, sampai ke
tingkat dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Hosnan
menyatakan bahwa dalam kegiatan menanya guru berusaha membuka kesempatan secara
luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat,
disimak, dibaca atau dilihat. Kegiatan
bertanya ini sangat penting untuk mengembangkan rasa ingin tahu (curiousity)
siswa. Fungsi bertanya menurut Rusman adalah menggali informasi, mengecek
pemahaman siswa, dan memfokuskan perhatian siswa. Fungsi bertanya lainnya
menurut Hosnan adalah mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif
belajar, serta membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar. Lampiran
Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menanya dilakukan melalui
kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang
informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau
sebagai klarifikasi. Semakin siswa terlatih untuk bertanya, maka akan semakin
berkembang rasa ingin tahu siswa.
Guru
diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan mengembangkan ranah
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Saat guru bertanya, berarti guru
membimbing siswa untuk belajar dengan baik. Saat guru menjawab, berarti guru
mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Guru
juga perlu mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memotivasi siswa untuk
mengajukan pertanyaan. Cara memberikan giliran dalam kegiatan tanya jawab
adalah sebagai berikut.
1. Dengan memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada
seseorang dan gilirannya kepada orang lain.
2. Dengan pertanyaan yang diberikan kepada kelompok dan
gilirannya dengan kelompok lain.
3. Dengan pertanyaan yang ditujukan kepada siapapun dan
diarahkan secara tersebar.
4. Dengan pertanyaan kepada seluruh kelas dan dijawab
secara spontan oleh siapa saja
Berbeda
dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk
memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk
kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkn tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya “Apa saja kegiatan
yang dilakukan para petani berdasarkan pada gambar?”. Bentuk pernyataan,
misalnya “sebutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan para petani berdasarkan
pada gambar?”. Guru diharapkan dapat memberikan pertanyaan yang menginspirasi
siswa untuk memberikan jawaban yang baik dan benar.
c.
Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Kegiatan
mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya. Kegiatan
ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
melalui berbagai cara. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa
aktivitas mengumpulkan informasi/mencoba dilakukan melalui kegiatan
mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak,
melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data
dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan. Belajar dengan menggunakan pendekatan saiintifik akan
melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas meyelidiki fenomena dalam upaya
menjawab suatu permasalahan. Jadi, kegiatan mengumpulkan informasi adalah
kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang
dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: melalui eksperimen, membaca sumber
lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara
sumber dan sebagainya sebagai upaya untuk menjawab suatu permasalahan.
Kegiatan
yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi adalah eksperimen. Eksperimen/
mencoba sebagai cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan
dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Eksperimen/
mencoba sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data
untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Dari
pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencoba adalah kegiatan
pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan
sendiri sesuatu yang dipelajari untuk mendapatkan data untuk menjawab permasalahan
atau menguji hipotesis.
Kompetensi
yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai
pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan
belajar dan belajar sepanjang hayat. Peran guru adalah memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/mencoba.
Beberapa
kelebihan dan kekurangan metode eksperimen. Kelebihan dan kekurangan tersebut
adalah sebagi berikut ini.
1) Kelebihan Metode Ekserimen
a) Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan
percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru.
b) Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi,
atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan.
c) Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode
ilmiah dan berpikir ilmiah.
d) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat
objektif,realistik, dan menghilangkan verbalisme.
e) Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian
lama.
2) Kekurangan Metode Ekserimen
a) Memerlukan peralatan percobaan yang komplit.
b) Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian
yang memerlukan waktu lama.
c) Menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila
kurang berpengalaman dalam penelitian.
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan
berakibat pada kesalahan penyimpulan. Kegiatan mengumpulkan informasi lainnya
adalah diskusi. Diskusi memiliki manfaat dan kelemahan. Manfaat dari diskusi
antara lain: (1) peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir; (2)
peserta didik dapat berlatih mengeluarkan pendapat; (3) diskusi dapat
menumbuhkan parsitipasi aktif peserta didik; dan (4) peserta didik belajar
bersikap toleran. Sedangkan kelemahan diskusi antara lain: (1) diskusi
terlampau menyerap waktu; (2) peserta didik tidak berlatih untuk melakukan
diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik; dan (3) terkadang guru tidak
memahami cara-cara melaksanakan diskusi, sehingga diskusi cenderung menjadi
tanya jawab.
Kegiatan
mencoba memiliki peran penting dalam melatih siswa untuk memperoleh data dan
fakta dari hasil pengamatan dan bukan hanya opini semata. Dengan melakukan
percobaan, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan,
dan
keterampilan yang dimiliki. Selain itu, ilmu pengetahuan
yang diperoleh dari kegiatan mencoba diharapkan dapat bertahan lama dalam
ingatan siswa.
d. Menalar/Mengasosiasi
Menalar
adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang
dapat diobservasi/diamati untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi
dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan
beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori.
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran
adalah kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh
simpulan.
Kegiatan
mengasosiasi/ menalar dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi
dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar
dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menalar/mengasosiasikan
dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan,
menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu
pola, dan menyimpulkan. Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif
dalam menyimpulkan.
Penalaran
induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena atau
atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara
induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata
secara khusus menjadi simpulan yang bersifat umum. Penalaran deduktif merupakan
cara menalar dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena
yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Jadi, menalar secara
deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian
dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.
Kegiatan
menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik merupakan kelanjutan
dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan satu
informasi dengan informasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan
informasi tersebut, selanjutnya siswa secara bersama-sama dalam satu kelompok
atau secara individual membuat kesimpulan.
e. Mengkomunikasikan
Pendekatan
Saintifik pada Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengkomunikasikan apa yang sudah dipelajari. Siswa diharapkan dapat
mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang sudah disusun baik secara bersama-sama
dalam kelompok maupun secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat.
Kegiatan
mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran menurut adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas
mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk
bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan
meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.
Kompetensi
yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat
dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Siswa diharapkan dapat menyampaikan hasil
temuannya dengan lancar dan baik di depan teman-teman satu kelas. Hal ini
bertujuan untuk melatih dan mengembangkan rasa percaya diri siswa. Sedangkan,
siswa yang lain dapat memberikan komentar atau masukan mengenai apa yang
disampaikan oleh temannya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk
melakukan proses mengkomunikasikan.
Berdasarkan
penjelasan-penjelasan di atas, kegiatan pembelajaran menggunakan Pendekatan
Saintifik dapat dilakukan dalam berbagai aktivitas pembelajaran, selain itu
guru memiliki peran dalam setiap aktivitas. Pada penelitian ini, kegiatan
pembelajaran dan peran guru menggunakan Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014
tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Kegiatan
pembelajaran dan peran guru dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 3. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Peran Guru dalam
Kegiatan
Pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik
2.5 Kelebihan Dan
Kekurangan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013
Pendekatan
saintifik memiliki beberapa kelebihan dan juga kelemahan yaitu sebagai berikut
:
1.
Kelebihan
·
Proses pembelajaran
lebih terpusat pada siswa sehingga memungkinkan siswa aktif dan kreatif dalam
pembelajaran.
·
Langkah-langkah
pembelajarannya sistematis sehingga memudahkan guru untuk memanajemen
pelaksanaan pembelajaran.
·
Memberi peluang guru
untuk lebih kreatif, dan mengajak siswa
untuk aktif dengan berbagai sumber belajar.
·
Langkah-langkah
pembelajaran melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep,
hukum atau prinsip.
·
Proses pembelajarannya
melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
·
Dapat mengembangkan
karakteristik siswa.
·
Penilaian mencakup
semua aspek.
2.
Kelemahan
·
Dibutuhkan kreatifitas
tinggi dari guru untuk menciptakan lingkungan belajar dengan menggunakan
pendekatan saintifik sehingga apabila guru tidak mau kreatif, maka pembelajaran
tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
·
Guru jarang
menjelaskan materi pembelajaran, karena guru banyak yang beranggapan bahwa
dengan kurikulum yang terbaru ini guru tidak perlu menjelaskan materinya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adapun
kesimpulan dari makalah ini yaitu :
a.
Yang melatar belakangi
terbentuknya pendekatakan saintifik dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah
pemerintah ingin menerapkan pendidikan yang bermutu.
b.
Pendekatan saitifik
adalah konsep dasar yang menginspirasi atau melatarbelakangi perumusan metode
mengajar dengan menerapkan karakteristik yang ilmiah.
c.
Dalam konsep pendekatan saintifik
yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dipaparkan minimal
ada 7 (tujuh) kriteria dalam pendekatan saintifik.
d.
Langkah-langkah pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran adalah
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
e.
Pendekatan saintifik
memiliki banyak kelebihan dan beberapa kekurangan.
3.2. Saran
Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari dalam makalah ini
masih terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca agar bisa menjadikan motivasi bagi kami sehingga kedepannya bisa
lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Bailer, Jill.
(2006). Teaching Science Process Skills-Middle School. Michigan:
Milestone.
Daryanto. (2014). Pendekatan
Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta:
Gava
Media.
Fadlillah, M.
(2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs,&
SMA/MA. Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Hosnan, M. (2014).
Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran
Abad 21 Kunci
Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Kemdikbud. (2014).
Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang Pembelajaran
Pada Pendidikan
Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta:Kemdikbud.
Kemdikbud. (2014).
Permendikbud No. 104tahun 2014 tentang Penilaian Hasil
Belajar Oleh
Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Jakarta:Kemdikbud
Sadiman, S.
(2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful.
(2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.
Sani, Abdullah
Ridwan. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk Implementasi
Kurikulum 2013. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
No comments:
Post a Comment