I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam kegiatan pembelajaran
termasuk pembelajaran kimia mungkin dijumpai ada peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam mencapai standar kompetensi, kompetensi inti dan
penguasaan materi pembelajaran (tujuan pembelajaran) yang
telah ditentukan. Secara garis besar kesulitan yang dimaksud dapat berupa kurangnya
pengetahuan prasyarat, kesulitan memahami materi pembelajaran kimia, maupun kesulitan
dalam mengerjakan tugas-tugas latihan dan menyelesaikan soal-soal ulangan kimia yang diberikan guru.
Secara khusus, kesulitan yang dijumpai peserta didik dapat berupa tidak
dikuasainya kompetensi dasar mata pelajaran kimia, misalnya operasi bilangan dalam matematika dalam stoikiometri dan termokimia;
atau membaca dan menulis simbolis dalam pelajaran kimia struktur ataom dan tabel periodik unsur. Agar peserta didik dapat
memecahkan kesulitan tersebut perlu adanya bantuan. Bantuan dimaksud berupa
pemberian pembelajaran remedial kimia atau perbaikan pemahaman konsep peserta didik. Untuk keperluan pemberian
pembelajaran remedial kimia perlu dipilih strategi dan langkah-langkah yang tepat
setelah terlebih dahulu diadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar yang
dialami peserta didik.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, pendidik dalam hal ini guru kimia perlu menyusun
rencana sistematis pemberian pembelajaran remedial kimia tersebut untuk membantu mengatasi
kesulitan belajar kimia peserta didik.
B.
Tujuan
Penyusunan panduan ini bertujuan :
- Memberikan pemahaman lebih luas bagaimana menyelenggarakan pembelajaran remedial kimia.
- Memberikan alternatif penyelenggaraan pembelajaran remedial kimia yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan atau pendidik.
- Memberikan layanan optimal melalui proses pembelajaran remedial kimia.
C.
Ruang
Lingkup
Ruang lingkup materi: pembelajaran remedial kimia,
hakikat pembelajaran remedial kimia, dan pelaksanaan pembelajaran remedial kimia.
II. PEMBELAJARAN REMEDIAL KIMIA
A. Pembelajaran Menurut Standar Nasional Pendidikan
Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam rangka mencapai tujuan
tersebut, Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan (PP No. 19/2005) menetapkan 8 standar yang harus dipenuhi dalam
melaksanakan pendidikan. Kedelapan standar dimaksud meliputi standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.
Secara khusus, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
nasional tersebut, kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik setelah
melaksanakan kegiatan pembelajaran ditetapkan dalam standar isi dan standar
kompetensi kelulusan. Standar isi memuat
standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta
didik dalam mempelajari suatu mata pelajaran. Standar kompetensi lulusan (SKL)
berisikan kompetensi yang harus dikuasai peserta didik pada setiap satuan
pendidikan. Berkenaan dengan materi yang harus dipelajari, diatur dalam silabus
dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang dikembangkan oleh pendidik.
Menurut pasal 6 PP no.19 Tahun 2005, terdapat
5 kelompok mata pelajaran yang harus dipelajari peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah untuk jenis pendidikan umum, kejuruan dan khusus.
Kelima kelompok mata pelajaran tersebut meliputi kelompok mata pelajaran: agama
dan akhlak mulia, kewarganegaraan dan kepribadian, ilmu pengetahuan dan
teknologi, estetika, jasmani, olah raga, dan kesehatan.
Dalam rangka membantu peserta didik mencapai standar isi
dan standar kompetensi lulusan, pelaksanaan atau proses pembelajaran perlu
diusahakan agar interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan kesempatan yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta
didik.
Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mencapai tujuan dan
prinsip-prinsip pembelajaran tersebut pasti dijumpai adanya peserta didik yang
mengalami kesulitan atau masalah belajar. Untuk mengatasi masalah-masalah
tersebut, setiap satuan pendidikan perlu menyelenggarakan program pembelajaran
remedial atau perbaikan.
B. Hakikat Pembelajaran Remedial Kimia
Pembelajaran remedial kimia merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik untuk
memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan dalam mata pelajaran kimia. Untuk memahami konsep penyelenggaraan
model pembelajaran remedial kimia, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan
Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem
pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem
pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Untuk kurikulum 2013 Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013. Sistem
dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan
kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD (KD dan KI untuk K13) setiap
peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta
didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai
ketuntasan.
Pelaksanaan pembelajaran kimia berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, dimulai dari penilaian kemampuan
awal peserta didik terhadap kompetensi atau materi kimia yang akan dipelajari.
Kemudian dilaksanakan pembelajaran kimia menggunakan berbagai metode ilmiah melalui ceramah, demonstrasi, pembelajaran
kolaboratif/kooperatif, inkuiri, diskoveri, dsb. Melengkapi metode pembelajaran
digunakan juga berbagai media seperti media audio, video, dan audiovisual dalam
berbagai format, mulai dari kaset audio, slide, video, komputer, multimedia, dsb.
Di tengah pelaksanaan pembelajaran kimia atau pada saat kegiatan pembelajaran kimia sedang
berlangsung, diadakan penilaian proses menggunakan berbagai teknik dan instrumen dengan
tujuan untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik serta seberapa jauh penguasaan peserta
didik terhadap kompetensi yang telah atau sedang dipelajari. Pada akhir program
pembelajaran kimia, diadakan penilaian yang lebih formal berupa ulangan harian. Ulangan
harian dimaksudkan untuk menentukan tingkat pencapaian belajar peserta
didik, apakah seorang peserta didik gagal atau berhasil mencapai tingkat
penguasaan tertentu yang telah dirumuskan pada saat pembelajaran direncanakan.
Apabila dijumpai adanya
peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan,
maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah
satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran remedial kimia atau perbaikan. Dengan kata lain, remedial kimia diperlukan bagi peserta didik yang
belum mencapai kemampuan minimal yang ditetapkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran kimia. Pemberian program pembelajaran remedial kimia didasarkan atas latar
belakang bahwa pendidik perlu memperhatikan perbedaan individual peserta didik.
Dengan diberikannya
pembelajaran remedial kimia bagi peserta didik
yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini
memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat
penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan
program pembelajaran remedial kimia.
C. Prinsip Pembelajaran Remedial Kimia
Pembelajaran remedial kimia merupakan pemberian
perlakuan khusus terhadap peserta didik
yang mengalami hambatan dalam kegiatan belajarnya. Hambatan yang terjadi dapat
berupa kurangnya pengetahuan dan keterampilan prasyarat atau lambat dalam
mecapai kompetensi. Beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran
remedial kimia sesuai dengan sifatnya sebagai pelayanan khusus antara lain:
1. Adaptif
Setiap peserta didik memiliki keunikan sendiri-sendiri.
Oleh karena itu program pembelajaran remedial kimia hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk belajar sesuai dengan kecepatan, kesempatan, dan gaya belajar
masing-masing. Dengan kata lain,
pembelajaran remedial kimia harus mengakomodasi perbedaan individual peserta didik.
2. Interaktif
Pembelajaran remedial kimia hendaknya memungkinkan peserta
didik untuk secara intensif berinteraksi dengan pendidik dan sumber belajar
yang tersedia. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa kegiatan belajar
peserta didik yang bersifat perbaikan perlu selalu mendapatkan monitoring dan
pengawasan agar diketahui kemajuan belajarnya. Jika dijumpai adanya peserta
didik yang mengalami kesulitan segera diberikan bantuan.
3.
Fleksibilitas dalam Metode
Pembelajaran dan Penilaian
Sejalan dengan sifat keunikan dan kesulitan belajar
peserta didik yang berbeda-beda, maka dalam pembelajaran remedial kimia perlu
digunakan berbagai metode mengajar dan metode penilaian yang sesuai dengan
karakteristik peserta didik.
4.
Pemberian Umpan Balik
Sesegera Mungkin
Umpan balik berupa informasi yang diberikan kepada
peserta didik mengenai kemajuan belajarnya perlu diberikan sesegera mungkin.
Umpan balik dapat bersifat korektif maupun konfirmatif. Dengan sesegera mungkin
memberikan umpan balik dapat dihindari kekeliruan belajar yang berlarut-larut yang dialami peserta didik.
5.
Kesinambungan dan
Ketersediaan dalam Pemberian Pelayanan
Program pembelajaran kimia reguler dengan pembelajaran remedial kimia merupakan satu kesatuan, dengan demikian program pembelajaran kimia reguler dengan
remedial kimia harus berkesinambungan dan programnya selalu tersedia agar setiap saat
peserta didik dapat mengaksesnya sesuai dengan kesempatan masing-masing.
D. Bentuk Kegiatan Remedial Kimia
Dengan memperhatikan pengertian dan prinsip
pembelajaran remedial kimia tersebut, maka pembelajaran remedial kimia dapat diselenggarakan
dengan berbagai kegiatan antara lain:
1. Memberikan tambahan penjelasan atau contoh
Peserta didik kadang-kadang mengalami kesulitan memahami
penyampaian materi pembelajaran kimia untuk mencapai kompetensi yang disajikan hanya
sekali, apalagi kurang ilustrasi dan contoh. Pemberian tambahan ilustrasi,
contoh dan bukan contoh untuk pembelajaran konsep misalnya akan membantu
pembentukan konsep pada diri peserta didik.
2.
Menggunakan strategi pembelajaran kimia yang berbeda dengan sebelumnya
Penggunaan alternatif berbagai strategi pembelajaran kimia akan memungkinkan peserta didik dapat mengatasi masalah pembelajaran kimia yang
dihadapi.
3.
Mengkaji ulang pembelajaran kimia yang lalu.
Penerapan prinsip pengulangan dalam pembelajaran kimia akan
membantu peserta didik menangkap pesan pembelajaran kimia. Pengulangan dapat
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah dan media pembelajaran yang sama atau metode ilmiah dan media pembelajaran yang berbeda.
4. Menggunakan berbagai jenis media pembelajaran
Penggunaan berbagai jenis media pembelajaran dapat menarik perhatian peserta didik.
Perhatian memegang peranan penting dalam proses pembelajaran kimia. Semakin
memperhatikan, hasil belajar akan lebih baik. Namun peserta didik seringkali
mengalami kesulitan untuk memperhatikan atau berkonsentrasi dalam waktu yang lama.
Agar perhatian peserta didik terkonsentrasi pada materi kimia yang sedand dipelajari perlu
digunakan berbagai media untuk mengendalikan perhatian peserta didik.
III. PELAKSANAAN PEMBELAJARAN REMEDIAL KIMIA
Pembelajaran
remedial kimia pada hakikatnya adalah pemberian bantuan bagi peserta didik yang mengalami
kesulitan atau kelambatan belajar kimia. Sehubungan dengan itu, langkah-langkah yang
perlu dikerjakan dalam pemberian pembelajaran remedial kimia meliputi dua langkah
pokok, yaitu pertama mendiagnosis kesulitan belajar, dan kedua memberikan
perlakuan (treatment) pembelajaran
remedial kimia.
A. Diagnosis Kesulitan
Belajar Kimia
1.
Tujuan
Diagnosis kesulitan belajar kimia dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kesulitan belajar peserta didik. Kesulitan belajar dapat dibedakan
menjadi kesulitan ringan, sedang dan berat.
a.
Kesulitan belajar ringan biasanya
dijumpai pada peserta didik yang kurang perhatian di saat mengikuti pembelajaran.
b.
Kesulitan belajar sedang dijumpai pada peserta didik yang mengalami
gangguan belajar yang berasal dari luar diri peserta didik, misalnya faktor
keluarga, lingkungan tempat tinggal, pergaulan, dsb.
c.
Kesulitan belajar berat dijumpai
pada peserta didik yang mengalami ketunaan pada diri mereka, misalnya tuna
rungu, tuna netra¸tuna daksa, dsb.
2. Teknik
Teknik yang dapat digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar kimia antara
lain: tes prasyarat (prasyarat pengetahuan, prasyarat keterampilan), tes
diagnostik, wawancara, pengamatan, dsb.
a. Tes prasyarat adalah tes yang digunakan untuk mengetahui apakah
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai penguasaan kompetensi tertentu
terpenuhi atau belum. Prasyarat ini meliputi prasyarat pengetahuan dan
prasyarat keterampilan.
b. Tes diagnostik digunakan untuk mengetahui kesulitan peserta didik dalam
menguasai kompetensi tertentu. Misalnya dalam mempelajari operasi bilangan,
apakah peserta didik mengalami kesulitan pada kompetensi penambahan,
pengurangan, pembagian, atau perkalian.
c. Wawancara dilakukan dengan
mengadakan interaksi lisan dengan peserta didik untuk menggali lebih dalam
mengenai kesulitan belajar kimia yang dijumpai peserta didik.
d. Pengamatan (observasi) dilakukan dengan jalan melihat secara cermat
perilaku belajar peserta didik. Dari pengamatan tersebut diharapkan dapat
diketahui jenis maupun penyebab kesulitan belajar kimia peserta didik.
B. Bentuk Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Kimia
Setelah diketahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik,
langkah berikutnya adalah memberikan perlakuan berupa pembelajaran remedial kimia.
Bentuk-bentuk pelaksanaan pembelajaran remedial kimia antara lain:
1. Pemberian
pembelajaran ulang dengan metode ilmiah dan media pembelajaran kimia yang berbeda. Pembelajaran ulang
dapat disampaikan dengan cara penyederhanaan materi, variasi cara penyajian,
penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian
besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami
kesulitan belajar kimia. Pendidik perlu memberikan penjelasan kembali dengan
menggunakan metode ilmiah dan/atau media pembelajaran kimia yang lebih tepat.
2. Pemberian
bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran
klasikal peserta didik mengalami kesulitan belajar kimia,
perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara
individual. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran pendidik sebagai tutor. Sistem tutorial
dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa peserta didik yang belum
berhasil mencapai ketuntasan.
3. Pemberian
tugas-tugas latihan secara khusus.
Dalam rangka menerapkan prinsip pengulangan, tugas-tugas latihan perlu
diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan belajar kimia dalam mengerjakan tes
akhir. Peserta didik perlu diberi latihan intensif (drill) untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.
4. Pemanfaatan
tutor sebaya.
Tutor sebaya adalah teman sekelas yang memiliki kecepatan belajar
lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekannya yang
mengalami kelambatan belajar. Dengan teman sebaya diharapkan peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar akan lebih terbuka dan akrab.
Hasil belajar yang menunjukkan tingkat pencapaian kompetensi melalui
penilaian diperoleh dari penilaian proses dan penilaian hasil. Penilaian proses
diperoleh melalui postes, tes kinerja, observasi dan lain-lain. Sedangkan
penilaian hasil diperoleh melalui ulangan harian,
ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester.
Jika peserta didik tidak tuntas karena penilaian hasil maka sebaiknya
hanya mengulang tes tersebut dengan pembelajaran ulang jika diperlukan. Namun
apabila ketidaktuntasan akibat penilaian proses yang tidak diikuti (misalnya
kinerja praktik, diskusi/presentasi kelompok) maka sebaiknya peserta didik
mengulang semua proses yang harus diikuti.
C. Waktu Pelaksanaan Pembelajaran Remedial Kimia
Terdapat beberapa alternatif berkenaan dengan waktu atau kapan pembelajaran remedial kimia dilaksanakan. Pertanyaan
yang timbul, apakah pembelajaran remedial kimia diberikan pada setiap akhir ulangan
harian, mingguan, akhir bulan, tengah semester, atau akhir semester. Ataukah pembelajaran remedial kimia diberikan
setelah peserta didik mempelajari SK dan KD atau KI tertentu? Pembelajaran remedial
dapat diberikan setelah peserta didik mempelajari KD dan KI tertentu. Namun karena
dalam setiap SK terdapat beberapa KD dan KI, maka terlalu sulit bagi pendidik untuk melaksanakan
pembelajaran remedial kimia setiap selesai mempelajari KD atau KI tertentu. Mengingat
indikator keberhasilan belajar peserta didik adalah tingkat ketuntasan dalam
mencapai SK yang terdiri dari beberapa KD dan KI, maka pembelajaran remedial dapat
juga diberikan setelah peserta didik menempuh tes SK yang terdiri dari beberapa
KD dan KI. Hal ini didasarkan atas pertimbangan bahwa SK merupakan satu kebulatan kemampuan
yang terdiri dari beberapa KD dan KI. Mereka yang belum mencapai penguasaan SK
tertentu perlu mengikuti program pembelajaran remedial kimia.
D. Tes Ulang
Tes ulang diberikan kepada peserta didik yang
telah mengikuti program pembelajaran remedial kimia agar dapat diketahui apakah
peserta didik telah mencapai ketuntasan dalam penguasaan kompetensi yang telah
ditentukan.
E. Nilai Hasil Remedial Kimia
Nilai hasil remedial tidak melebihi
nilai KKM atau nilai yang diberikan adalah nilai KKM.
IV. PENUTUP
Peserta
didik memiliki kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda. Sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik yang berbeda-beda tersebut maka permasalahan yang
dihadapi berbeda-beda pula. Dalam melaksanakan pembelajaran, pendidik perlu
tanggap terhadap kesulitan yang dihadapi peserta didik.
Dalam
rangka pelaksanaan pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, peserta
didik yang gagal mencapai tingkat pencapaian kompetensi yang telah ditentukan dalam mata pelajaran kimia perlu diberikan pembelajaran remedial kimia (perbaikan). Beberapa prinsip yang perlu
diperhatikan dalam pemberian pembelajaran remedial kimia antara lain adaptif,
interaktif, fleksibel, pemberian umpan balik, dan ketersediaan program sepanjang
waktu.
Sebelum
memberikan pembelajaran remedial kimia, terlebih dahulu pendidik perlu melaksanakan
diagnosis terhadap kesulitan belajar kimia peserta didik. Banyak teknik yang dapat
digunakan, antara lain menggunakan tes, wawancara, pengamatan, dan sebagainya.
Setelah
diketahui kesulitan belajarnya, peserta didik diberikan pembelajaran remedial kimia.
Banyak teknik yang dapat digunakan, misalnya pembelajaran ulang dengan metode ilmiah dan
media pembelajaran yang berbeda, penyederhanaan materi, pemanfaatan tutor sebaya, dan sebagainya.
Dalam memberikan pembelajaran
remedial kimia perlu dipertimbangkan kapan pembelajaran remedial kimia tersebut diberikan. Sesuai dengan
prinsip pembelajaran berbasis kompetensi dan pembelajaran tuntas, maka
pembelajaran remedial kimia dapat diberikan
setelah peserta didik satu atau beberapa kompetensi dasar. Untuk mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik setelah menempuh remedial kimia, perlu diberikan tes ulang.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, D.G. & J.J.
Denton (1998). Instructional skills handbook. Englewood
Cliffs: Educational Technology Publications.
Boon, R. (2005) Remediation of reading, spelling,
and comprehension. Sydney :
Harris Park
McKeachie, et.al. (1994). Teaching tips: Strategies,
research, and theory for college and university teachers. Lexington : D.C. Heath and
Co.
Rienties B, Martin Rehm, and Joost Dijkstra
(2005). Remedial online teaching in theory and practice. Netherlands :
Maastricht University Publ.
No comments:
Post a Comment