Kata konteks dipahami sebagai pola hubungan-hubungan di dalam lingkungan sehari-hari siswa. Pembelajaran kontekstual (pengajaran menggunakan pendekatan kontekstual) sebagai sebuah sistem mengajar didasarkan pada pikiran bahwa makna muncul dari hubungan antara isi pengajaran dan konteksnya. Konteks memberikan makna pada isi.Semakin banyak keterkaitan yang ditemukan siswa dalam suatu konteks yang luas, semakin bermakna isi pengajaran bagi mereka. Jadi tugas guru sangat diperlukan untuk menyediakan konteks dalam pembelajaran. Semakin mampu siswa mengaitkan pelajaran-pelajaran dengan konteks pengajaran, semakian banyak makna yang akan mereka dapat dari pelajaran tersebut. Mampu mengerti makna dari pengetahuan dan ketrampilan akan menuntun pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan.
Pembelajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Ketika mereka sedang belajar, siswa diharapkan dapat menemukan makna dari pembelajaran.
Penemuan makna adalah ciri utama dari pembelajaran kontekstual. Makna adalah arti penting atau maksud. Siswa dihapakan dengan pertanyaan "mengapa saya belajar ini?" atau "untuk apa saya belajar ini?".Manusia dirancang oleh Tuhan untuk menggabungkan pengetahuan dan tindakan. Siswa belajar bukan sekedar untuk mendapatkan pengetahuan, lebih dari itu, apa yang dapat siswa lakukan dengan pengetahuan yang dimilikinya. Tindakanlah yang memberikan makna pada pengetahuan yang dimiliki siswa.
Pembelajaran kontekstual membuat peran guru menjadi lebih ekstra. Artinya guru harus berbuat lebih banyak bagi siswanya, dalam hal ini, guru harus mengamati setiap siswa dalam kelas agar lebih memahami keadaan emosi setiap siswa, gaya dan cara belajarnya, kemampuannya (berbahasa, matematika, seni, olahraga atau lainnya), konteks budaya dan latar belakangnya, dan keadaan ekonomi atau status sosialnya dalam masyarakat.
Penelitian tentang telah maelaporkan bahwa pengaruh lingkungan lebih besar daripada yang kita bayangkan. Otak seorang anak yang lebih banyak menonton televisi akan berbeda dengan seorang anak yang lebih banyak bergaul dengan orang tuanya. Indera manusia terlatih oleh rangsangan sekitar lingkungannya, yang tentu memberi pengaruh ke otak.
Penemuan-penemuan ini telah memberikan pengaruh yang besar terhadap pengajaran. Ketika guru merancang pembelajaran yang menarik atau merangsang kelima panca indera, setiap indera tersebut dapat membawa pelajaran kewilayah otak tertentu yang sesuai.Strategi mengajar seperti ini dapat meningkatkan kemampuan siswa menerima pelajaran. Kegiatan-kegiatan penting bagi siswa adalah mempersiapkan tugas, memecahkan masalah nyata, melakukan wawancara, membuat grafik, dan merancang presentasi multimedia.