Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Palangka Raya

DESIGN PENELITIAN ETNOGRAFI (ETHNOGRAPHIC RESEARCH DESIGNS)

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH
Perkembangan media dalam konteks sosial dan praktek budaya yang kian beragam semakin mengkukuhkan eksistensi paradigma penelitian kualitatif. Kemampuannya menghasilkan produk analisis yang mendalam selaras dengan setingnya, diakui sebagai paradigma yang patut diperhitungkan dalam rangka menghadirkan refleksi bagi kajian ilmu komunikasi. Beberapa metode penelitian berbasis paradigma kualitatif ini meliputi analisis wacana, studi kasus, semiotik dan etnografi, kini mulai dilirik para ilmuwan maupun peneliti.
Pada periode modernis, realisme sosial, naturalisme, dan etnografi tentang kepingan kehidupan masih bernilai menjadi bagian yang diperhatikan.  Pada periode ini mulai  dicoba untuk memformulasikan metode kualitatif.  Kaum etnografer modernis dan peneliti sosiologi observasi terlibat (participant observer) mencoba  melakukan kajian kualitatif tentang proses sosial yang teliti (rigorous), termasuk kajian tentang penyimpangan sosial dan krontrol sosial  di ruang kelas dan masyarakat. Ini merupakan momen kreatif yang penting dari akar lahirnya ilmu antropologi yang kental dengan kajian masyaraktnya itu.
Beberapa keunikan dan fenomena yang mengikuti eksistensi metode penelitian etnografi dalam komunikasi ini membuat penulis meliriknya sebagai salah satu metode yang layak dikenalkan, dikembangkan dan dirujuk dalam penelitian komunikasi. Untuk itu, dengan mengacu pada beberapa referensi buku, penulis akan memetakan secara ringkas metode penelitian etnografi.




B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain:
1.      Apakah pengertian dari etnografi ?
2.      Bagaimanakah sejarah penelitian etnografi ?
3.      Apa saja jenis studi etnografi ?
4.      Apa saja ciri khas design etnografi ?
5.      Apa saja langkah-langkah dalam pelaksanaan peneltian etnografi ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas, yaitu:
1.      Mengetahui pengertian dari etnografi.
2.      Mengetahui sejarah penelitian etnografi.
3.      Mengetahui jenis studi etnografi.
4.      Mengetahui ciri khas design etnografi.
5.      Mengetahui langkah-langkah dalam pelaksanaan peneltian etnografi.
  
BAB II
ISI


A.    PENGERTIAN
Etnografi berasal dari kata ethnos (Yunani) yaitu bangsa atau suku bangsa dan graphein yaitu tulisan atau uraian. Etnografi yang akarnya adalah ilmu antropologi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Etnografi berguna untuk meneliti perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Ciri utama dari penelitian etnografi yaitu adanya uraian tebal (thick description) berdasarkan pengamatan yang terlibat (observatory participant).
Menurut Creswell (2008: 473), penelitian etnografi dapat dilakukan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang atau pola ‘kaidah-kaidah’ (rules) yang mendasari sesuatu yang ‘dialami’ atau ‘dimiliki’ (shared) oleh sekelompok orang secara bersama, seperti tingkah laku, bahasa, nilai-nilai, adat-istiadat dan keyakinan. Dalam konteks pendidikan, penelitian etnografi dapat dilakukan untuk memahami pola hubungan antar guru di sebuah sekolah, proses pengajaran dengan menggunakan metode atau media tertentu (seperti pengajaran kosa-kata dengan metode Total Physical Response), atau prosedur pelaksanaan kegiatan tertentu, seperti program English Speaking Days di suatu sekolah dan pembelajaran mengarang melalui internet di sebuah kelas. Cakupan kelompok (masyarakat) yang diteliti bisa luas (sebuah universitas), sedang (sebuah fakultas) atau kecil (sebuah kelas atau keluarga).

B.     SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ETNOGRAFI
  1. Sejarah Kemunculan Etnografi
Etnografi awal tumbuh dari kepentingan-kepentingan orang-orang barat yang tertarik dengan asal-usul kebudayaan dan peradaban serta asumsi bahwa orang primitif. Pada masa kini orang primitif dianggap oleh orang barat sebagai orang yang kurang beradap dan sebagai replika dari mata rantai makhluk yang menghubungkan manusia accident ke masa-masa awal prehistori. Model histori semacam itu muncul pada abad ke 15 dan 16 sebagai akibat hasil penemuan besar Columbus dan penjajah masa berikutnya dalam menemukan apa yang disebut sebagai dunia baru dan kepulauan kebudayaan di dunia laut selatan.
Awal kemunculan bentuk modern dari peneltian etnografi ditandai dengan bergesernya paradigma para ahli antropologi sosial dan budaya akhir abad 19 dan permulaan abad 20. Pada mulanya, para antropolog berusaha membangun tingkat perkembangan evolusi budaya manusia dari awal kemunculannya di muka bumi hingga sekarang. Namun dalam proses membangun perkembangan evolusi budaya ini, para antropolog tidak terjun langsung ke lapangan tetapi mereka membangun kerangka evolusi ini dengan tidak didukung oleh fakta-fakta dari lapangan. Pada awal abad 20 mereka mulai menyadari perlunya pergi ke lapangan untuk mengadakan penelitian tentang budaya. Kesadaran untuk pergi ke lapangan inilah yang menjadi cikal bakal dari kemunculan penelitian etnografi dan observasi partisipan.
  1. Perkembangan Etnografi
Etnografi diperkenalkan oleh B. Mallinowski dengan mempublikasikan penelitian pertamanya yang berjudul “Argonuts of the Western Pacific” pada tahun 1922 dengan menggunakan metode lapangan dan observasi partisipan. Fokus utama dari penelitian Mallinowski adalah kehidupan masa kini yang dijalani oleh masyarakat dan cara hidup suatu masyarakat (society’s way of life) dan untuk memberikan deskripsi tentang struktur sosial dan budaya suatu masyarakat dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan dan observasi partisipasi pada kelompok yang diteliti.
Pada tahun 1960, perkembangan etnografi mulai memusatkan pada usaha untuk mempelajari bagaimana suatu masyarakat mengorganisir budaya dalam pikiran dan bagaimana budaya itu diaplikasikan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pada tataran ini, etnografi disebut sebagai antropologi kognitif. Etnografi mulai memiliki peranan untuk menemukan dan menjelaskan organisasi pikiran. Selanjutnya etnografi dikembangkan oleh Spradley dengan bertolak pada antropogi kognitif yang menjelaskan bahwa suatu budaya merupakan sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar dan digunakan untuk menyusun perilaku dalam menghadapi situasi dunia. Penelitian etnografi oleh Spradley bertolak pada lima prinsip berikut :
a).    Teknik tunggal, yaitu peneliti dapat melakukan berbagai teknik penelitian secara bersamaan dalam satu fase penelitian.
b).    Identifikasi tugas, peneliti harus menggali langkah-langkah pokok yang harus dilaksanakan.
c).    Pelaksanaan langkah-langkah pokok harus dijalankan secara berurutan.
d).   Wawancara dilakukan secara sesungguhnya bukan hanya sekedar latihan.
e).    Problem solving, peneliti memberikan jalan keluar.

C.    JENIS – JENIS ETNOGRAFI
Menurut Creswell (2008: 475) penelitian etnografi memiliki beragam bentuk. Akan tetapi, jenis utama yang sering muncul dalam laporan-laporan penelitian pendidikan adalah etnografi realis, studi kasus, dan etnografi kritis.
  1. Etnografi Realis
Etnografi realis merupakan pendekatan yang populer di kalangan antropolog. Pendekatan ini berupaya menggambarkan situasi budaya para partisipan secara obyektif berdasarkan informasi yang diperoleh langsung dari para partisipan di lapangan penelitian dan dipaparkan dengan menggunakan sudut pandang orang ketiga (third person point of view).
Creswell (2008) menguraikan tiga ciri khas etnografi realis :
a.       peneliti mengungkapkan laporan penelitiannya melalui pandang orang ketiga berdasarkan data yang diperoleh melalui pengamatan atas partisipan dan pandangan-pandangan mereka. Peneliti tidak melibatkan refleksi peribadinya dan berupaya bertindak hanya sebagai peliput fakta-fakta
b.      peneliti memaparkan data-data obyektif dalam bentuk informasi yang terukur dan bebas dari bias, afiliasi politik, dan penilaian personal. Peneliti boleh mengikutsertakan data-data tentang kehidupan sehari-hari para partisipan yang disusun dalam kategori-kategori standar penggambaran kultural, seperti keluarga, sistem status, jaringan-jaringan sosial, dan lain-lain
c.       peneliti mengungkapkan pandangan para partisipan melalui kutipan-kutipan penuturan mereka yang diedit tanpa merubah makna. Peneliti menyatakan interpretasinya tentang gambaran budaya yang diteliti pada bagian akhir laporan.
  1. Studi Kasus
Sebagai sebuah bentuk etnografi, studi kasus didefinisikan sebagai “an in-depth exploration of a bounded system (e.g. an activity, event, process, or individuals) based on extensive collection” (Creswell, 2008: 476). Istilah “bounded” atau “terbatas” dalam definisi ini berarti bahwa ‘kasus’ yang diteliti terpisah dari hal-hal lain dalam dimensi waktu, tempat, dan batas-batas fisik tertentu. Dengan demikian, hasil penelitian yang diperoleh hanya berlaku bagi objek yang diteliti dan tidak dapat digeneralisasi pada objek lain meskipun masih sejenis.
Obyek yang biasanya diteliti dengan prosedur ini memiliki karakteristik yaitu kasus dapat berbentuk individu tunggal, beberapa individu yang terpisah dalam sebuah kelompok khusus, sebuah program, peristiwa-peristiwa yang berhubungan erat, atau aktivitas-aktivitas. Jadi, dalam konteks pendidikan kasus yang diteliti bisa berbentuk “Kehidupan Seorang Guru Teladan Nasional Sebagai Pendidik”, “Intervensi Bahasa Ibu dalam Pelafalan Bahasa Inggris oleh Siswa-Siswa Berkebangsaan Jepang di Sekolah Internasional Global Jakarta”, “Upaya-Upaya Kelompok Dosen Bahasa Inggris di Universitas X Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Bahasa Inggris Mahasiswa”, “Proses Pembelajaran Menulis Surat Niaga di SMK X”, dan lain-lain.
  1. Etnografi Kritis
Etnografi kritis merupakan pendekatan penelitian yang digunakan untuk membantu dan memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang termarjinalisasi. Etnografer kritis biasanya merupakan individu berpikiran politis yang, melalui penelitiannya, ingin memberikan bantuan melawan ketidakadilan dan penindasan. Etnografer kritis, misalnya, bisa meneliti sebuah sekolah yang memberi perlakuan istimewa terhadap siswa dari golongan tertentu, menciptakan situasi yang tidak mendukung bagi siswa dari kelompok tertentu, atau cenderung menganggap siswa laki-laki berpikiran lebih logis daripada siswa perempuan, dan sebagainya.
Kekhususan etnografi kritis membuat prosedurnya memiliki berbagai ciri khas. Menurut Creswell (2008: 478) ciri khas etnografi kritis adalah sebagai berikut :
a.       Etnografer kritis mempelajari isu-isu sosial tentang kekuasaan, pemberdayaan, ketidakadilan, dominasi, represi, hegemony, dan penindasan
b.      Penelitian diarahkan untuk menghentikan marginalisasi terhadap individu-individu yang diteliti dengan cara bekerjasama, berpartisipasi aktif, menegosiasikan laporan akhir dengan para partisipan, dan memberikan bantuan atau perhatian ketika memasuki dan meninggalkan lapangan penelitian
c.       Etnografer kritis menyadari bahwa interpretasinya dipengaruhi oleh kebudayaannya sendiri;
d.      Etnografer kritis menempatkan dirinya sebagai pemberdaya para partisipan sehingga laporan penelitiannya memuat orientasi pada nilai-nilai, pemberdayaan partisipan melalui peningkatan otoritas, dan tantangan kepada status-quo. Akibatnya, etnografer kritis tidak lagi bertindak sebagai pengamat objektif
e.       Posisi etnografer kritis yang tidak netral memungkinkan baginya untuk menyarankan perubahan dalam masyarakat agar kelompok-kelompok yang selama ini terpinggirkan tidak lagi dimarginalkan.
f.       Laporan penelitian memuat data yang variatif, berjenjang, dan kontradiktif yang diperoleh dengan beragam metode.

D.    CIRI KHAS ETNOGRAFI
Penelitian etnografi memiliki ciri khas yaitu penelitian bersifat holistik, integratif, uraian tebal, dan menggunakan analisis kualitatif dalam mencari sudut pandang asli (native’s point of view). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi partisipasi dan wawancara secara terbuka dan mendalam. Peneliti harus bergabung dengan informan, ketrampilan berkomunikasi yang terlatih, serta kemampuan menuliskan interpretasi dengan baik. Di sisi lain, metode etnografi telah membuktikan bahwa sebagai metode penelitian kualitatif, ia mampu melakukan analisis yang lebih mendalam serta menyajikan refleksi kritis secara detail dalam lingkup mikro sebuah kehidupan manusia.
Dalam terminologi metode, secara umum istilah etnografi mengacu pada penelitian sosial yang memiliki karakteristik berikut :
  1. Perilaku manusia dikaji dalam konteks sehari-hari, bukan di bawah kondisi eksperimental yang diciptakan oleh peneliti.
  2. Data dikumpulkan dari suatu rentangan sumber, tetapi obsevasi dan percakapan yang relatif informal lebih diutamakan.
  3. Pendekatan untuk pengumpulan data tidak terstruktur dalam arti tidak melibatkan penggunakan suatu set rencana terperinci yang disusun sebelumnya, juga tidak menggunakan kategori yang telah ditetapkan sebelumnya untuk penginterpretasian apa yang dikatakan atau dilakukan orang.
  4. Fokus penelitian biasanya merupakan suatu latar tunggal atau kelompok dari skala yang relatif kecil.
  5. Analisis data melibatkan interpretasi arti dan fungsi tindakan manusia dan sebagian besar mengambil format deskripsi verbal dan penjelasan.

E.     LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ETNOGRAFI
Beberapa langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian etnografi adalah :
  1. Identifikasi subyek penelitian
Identifikasi dilakukan untuk menetapkan kondisi-kondisi subyek yang akan diteliti.
  1. Generalisasi hipotesis
Generalisasi hipotesis bertujuan untuk melanjutkan kegiatan dari keseluruhan penelitian etnografi.
  1. Pengumpulan data (observasi, wawancara, peninjauan ulang sumber lain, dan triangulasi)
·         Obsevasi dilakukan untuk menyajikan gambaran realistis perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk mengevaluasi.
·         Wawancara digunakan sebagai pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.
·         Peninjauan ulang sumber lain yaitu menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.
·         Triangulasi adalah pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
  1. Analisis data
Analisis data dilakukan secara simultan dengan pengumpulan data, karena salah satu tujuan analisis data adalah untuk menemukan dan merumuskan pertanyaan-pertanyaan spesifik yang jawabannya dicari dalam rekaman-rekaman data yang sudah ada atau dalam pengumpulan data berikutnya.
  1. Kesimpulan.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Etnografi pada dasarnya adalah kegiatan penelitian untuk memahami cara orang-orang berinteraksi dan bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari.
2.      Sejarah etnografi berawal dari kepentingan-kepentingan orang-orang barat yang tertarik dengan asal-usul kebudayaan dan peradaban serta asumsi bahwa orang primitif, kemudian berkembang untuk meneliti kehidupan masa kini yang dijalani oleh masyarakat dan cara hidup suatu masyarakat untuk memberikan deskripsi tentang struktur sosial dan budaya suatu masyarakat dengan melakukan wawancara dengan beberapa informan dan observasi partisipasi pada kelompok yang diteliti.
3.      Jenis-jenis etnografi menurut Creswell antara lain:
·         Etnografi realis
·         Studi kasus
·         Etnografi kritis
4.      Ciri khas Etnografi yaitu penelitian bersifat holistik, integratif, uraian tebal, dan menggunakan analisis kualitatif dalam mencari sudut pandang asli (native’s point of view).
5.      Langkah-langkah penelitian etnografi yaitu :
·         Identifikasi subyek penelitian
·         Generalisasi hipotesis
·         Pengumpulan data (observasi, wawancara, peninjauan ulang sumber lain, dan triangulasi)
·         Analisis data
·         Kesimpulan



DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J. W. 2008. Educational research, planning, conducting, and evaluating quantitive  and qualitative research. New Jersey: Pearson Education, Inc.

Denzin, N.K. & Lincoln, Y.S. 2009. Handbook of qualitative research. Edisi terjemahan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Emir, 2008. Metodologi Penelitian pendidikan kuantitatif dan kulaitatif. Jakarta : Rajawali Pers.

Etnografi sebuah metode penelitian kualitatif. 2008. [online] diakses melalui http://bayusumilir.wordpress.com pada  tanggal 26 Nopember 2010


Share:

No comments:

Post a Comment

Pengembang

Pengembang

Statistik Pengunjung

Post Populer

ANGGOTA

Ads

Post Terbaru