MAKALAH PENILAIAN
KOGNITIF
Penilaian Pengetahuan
Penilaian Pengetahuan
Disusun
Oleh :
Abdul Malik Sampurna ACC 114 031
Dennis
Octavianus ACC
114 014
Devi
Puspita Suriana ACC
114 070
Feni
Widya Halim ACC
114 076
Mitra
Otania ACC
114 054
Nopriliani ACC
114 021
Nuur
Fitria Apriyani ACC
114 009
Puput
Anggraini ACC
114 067
Dosen Mata Kuliah :
Nopriawan Berkat Asi, S.Si, M,Pd
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejalan
dengan perkembangan pendidikan di Indonesia kita tentunya mengenal istilah
evaluasi di dalam dunia pendidikan. Kita mengetahui bahwa setiap jenjang
dan jenis pendidikan dalam setiap
periode pendidikan tertentu selalu mengadakan evaluasi. Kegiatan ini di lakukan
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman peserta didik di dalam memahami materi
pembelajaran, perkembangan hasil belajar, bakat khusus, minat, hubungan sosial
sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik dan juga apakah sudah tepat
metode dan materinya sesuai dengan tujuan yang telah di rumuskan.
Akan
tetapi dalam realita yang terjadi di dalam dunia pendidikan saat ini seorang
guru yang terkait langsung dengan pembelajaran tak sedikit yang mengalami
kesulitan dalam memahami sasaran dan obyek penilaian hasil belajar peserta
didik, selain itu evaluasi yang di lakukan seorang evaluator tersebut hanya
sebatas penilaian semata. Guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik
yang mampu dan terampil dalam melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat
mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses
belajar.
Oleh sebab itu salah satu upaya
untuk mengatasi masalah tersebut perlu adanya pamahaman mengenai sasaran dan
obyek penilaian dalam pembelajaran sehingga jika terjadi kekurangan ataupun
kelemahan didalamnya dapat segera di perbaiki untuk kedepannya agar tujuan
pem-belajaran yang telah di rumuskan pada kurikulum dapat tercapai sesuai yang
di harapkan, kemudian pemakalah akan menguraikan beberapa bagian dari sasaran
dan objek pembelajaran di antaranya mengenai unsur- unsur sasaran penilaian meliputi input,
transformasi, dan output. Kemudian yang menjadi obyek penilaian di antaranya
yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka
dibuat rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa hakikat dari kegiatan penilaian?
2.
Apa saja aspek ranah kognitif?
3.
Apa pengertian penilaian kognitif?
4.
Apa saja teknik penilaian kognitif?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai melalui penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengetahui tentang hakikat penilaian
2.
Mengetahui tentang aspek ranah kognitif
3.
Mengetahui tentang penilaian kognitif
4.
Mengetahui tentang teknik penilaian kognitif
1.4. Batasan Masalah
Pembahasan dalam makalah ini hanya terbatas pada instrumen penilaian
kognitif khususnya pada mata pelajaran kimia.
1.5. Manfaat Penulisan
Melalui makalah ini,
pembaca dapat mempeluas wawasan tentang instrumen penilaian kognitif dan teknik
penilaiannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Hakikat
Penilaian
Penilaian
merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan
pembelajaran secara umum. Semua kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus
selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian. Kiranya merupakan suatu
hal yang tidak lazim jika terjadi adanya kegiatan pembelajaran yang dilakukan
seorang guru di kelas tanpa pernah diikuti oleh adanya suatu penilaian. Tanpa
mengadakan suatu penilaian, guru tidak mungkin dapat menilai dan melaporkan
hasil pembelajaran peserta didik secara objektif.
Pada hakikatnya kegiatan penilaian yang dilakukan tidak
semata-mata untuk meraih hasil belajar peserta didik saja, melainkan juga
berbagai faktor yang lain, antara lain kegiatan pembelajaran yang dilakukan itu
sendiri. Artinya, berdasarkan informasi yang diperoleh dari penilaian terhadap
hasil belajar peserta didik itu dapat pula dipergunakan sebagai salah satu
sarana untuk menilai kualitas pembelajaran yang dilakukan. Selain itu,
penilaian juga dapat dimanfaatkan sebagai umpan balik kegiatan pembelajaran
yang selanjutnya.
Pelaksanaan
penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu dalam banyak
hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat
dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya.
Penilaian hasil pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses
belajar mengajar. Semua komponen sistem pembelajaran saling memengaruhi dan
menentukan satu dengan yang lain sehingga jika semua komponen berjalan dengan
baik. Berdasarkan hasil kegiatan penilaian sebelumnya kita akan mengetahui
kompetensi apa yang sudah, belum, atau kurang dikuasai peserta didik dan
karenanya dapat dilakukan tindakan selanjutnya yang sesuai.
Penilaian
hasil belajar peserta didik memperhatikan prinsip-prinsip penilaian sebagai
berikut:
1. sahih,
berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.
2. objektif,
berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi
subjektivitas penilai.
3. adil,
berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. terpadu,
berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari
kegiatan pembelajaran.
5. terbuka,
berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan
dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. menyeluruh
dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan
menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7. sistematis,
berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti
langkah-langkah baku.
8. beracuan
kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang
ditetapkan. dan
9. akuntabel,
berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur,
maupun hasilnya.
.
2.2.
Aspek Ranah Kognitif
Ranah Kognitif
berisi tentang perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti
pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir. Indikator
kognitif proses merupakan
perilaku (behavior) siswa
yang diharapkan muncul
setelah melakukan serangkaian kegiatan untuk mencapai kompetensi yang
diharapkan. Selain ranah afektif dan
psikomotorik, hasil belajar
yang perlu diperhatikan
adalah dalam ranah kognitif. Seseorang dapat dikatakan telah belajar
sesuatu dalam dirinya apabila telah
terjadi perubahan, akan
tetapi tidak semua
perubahan terjadi.
Hasil belajar merupakan pencapaian
tujuan belajar dan
hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar. Perilaku
ini sejalan dengan
keterampilan proses sains,
tetapi yang karakteristiknya untuk
mengembangkan kemampuan berfikir
siswa. Indikator kognitif produk
berkaitan dengan perilaku
siswa yang diharapkan
tumbuh untuk mencapai kompetensi yang
telah ditetapkan. Indikator
kognitif produk disusun
dengan menggunakan kata kerja operasional aspek kognitif.
Dalam Taksonomi Bloom yang direvisi
oleh David R. Krathwohl di
jurnal Theory into Practice,
aspek kognitif dibedakan
atas enam jenjang
yang diurutkan seperti
pada gambar berikut ini.
Penjabaran
keenam tingkat tersebut yaitu:
1. Mengingat (Remembering),
pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat
(recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta,
rumus, dan lain sebagainya. Mengingat merupakan dimensi yang berperan penting dalam
proses pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) dan pemecahan masalah
(problem solving). Kemampuan ini dimanfaatkan untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan yang jauh lebih kompleks.Mengingat meliputi mengenali
(recognition) dan memanggil kembali (recalling) Mengenali
berkaitan dengan mengetahui pengetahuan masa lampau yang berkaitan dengan
hal-hal yang konkret,
misalnya tanggal lahir, alamat rumah, dan usia, sedangkan memanggil kembali (recalling) adalah proses kognitif yang membutuhkan pengetahuan masa lampau
secara cepat dan tepat.
2.
Memahami/mengerti (Understanding), memahami/mengerti
berkaitan dengan membangun sebuah pengertian dari berbagai sumber seperti
pesan, bacaan dan komunikasi. Memahami/mengerti berkaitan dengan aktivitas
mengklasifikasikan (classification) dan membandingkan (comparing).
Mengklasifikasikan akan muncul ketika seorang siswa berusaha mengenali
pengetahuan yang merupakan anggota dari kategori pengetahuan tertentu. Mengklasifikasikan berawal dari
suatu contoh atau informasi yang spesifik kemudian ditemukan konsep dan prinsip
umumnya. Membandingkan merujuk pada identifikasi persamaan dan perbedaan dari
dua atau lebih obyek, kejadian, ide, permasalahan, atau situasi. Membandingkan
berkaitan dengan proses kognitif menemukan satu persatu ciri-ciri dari obyek
yang diperbandingkan.
3. Menerapkan
(Applying), menerapkan menunjuk pada
proses kognitif memanfaatkan atau mempergunakan suatu prosedur untuk
melaksanakan percobaan atau menyelesaikan permasalahan. Menerapkan berkaitan
dengan dimensi pengetahuan prosedural (procedural knowledge). Menerapkan
meliputi kegiatan menjalankan prosedur (executing) dan mengimplementasikan
(implementing). Menerapkan
merupakan proses yang kontinu,
dimulai dari siswa menyelesaikan suatu permasalahan
menggunakan prosedur baku/standar
yang sudah diketahui. Kegiatan ini berjalan teratur sehingga siswa
benar-benar mampu melaksanakan
prosedur ini dengan
mudah, kemudian berlanjut
pada munculnya
permasalahan-permasalahan baru yang
asing bagi siswa, sehingga siswa dituntut untuk mengenal
dengan baik permasalahan
tersebut dan memilih
prosedur yang tepat untuk
menyelesaikan permasalahan.
4. Menganalisis (Analyzing),
Menganalisis merupakan memecahkan suatu
permasalahan dengan memisahkan
tiap-tiap bagian dari permasalahan dan mencari keterkaitan dari tiap-tiap bagian
tersebut dan mencari
tahu bagaimana keterkaitan
tersebut dapat menimbulkan permasalahan.
Menganalisis berkaitan dengan proses kognitif
memberi atribut (attributeing)
dan mengorganisasikan (organizing). Memberi atribut akan muncul apabila siswa
menemukan permasalahan dan kemudian
memerlukan kegiatan membangun ulang hal yang menjadi permasalahan.
Mengorganisasikan menunjukkan identifikasi unsur-unsur hasil
komunikasi atau situasi dan mencoba mengenali bagaimana unsur-unsur ini dapat
menghasilkan hubungan yang
baik.
5. Mengevaluasi (Evaluating),
evaluasi
berkaitan dengan proses
kognitif memberikan penilaian berdasarkan kriteria
dan standar yang sudah
ada. Kriteria yang
biasanya digunakan adalah kualitas,
efektivitas, efisiensi, dan
konsistensi. Kriteria atau standar
ini dapat pula
ditentukan sendiri oleh siswa.
Standar ini dapat
berupa kuantitatif maupun kualitatif
serta dapat ditentukan
sendiri oleh siswa. Evaluasi meliputi
mengecek (checking) dan
mengkritisi (critiquing).
Mengecek mengarah pada
kegiatan pengujian hal-hal
yang tidak konsisten
atau kegagalan dari suatu
operasi atau produk. Jika dikaitkan dengan proses berpikir merencanakan
dan mengimplementasikanmaka
mengecek akan mengarah
pada penetapan sejauh mana suatu rencana berjalan dengan baik.
Mengkritisi mengarah pada penilaian suatu
produk atau operasi
berdasarkan pada kriteria
dan standar eksternal. Mengkritisi
berkaitan erat dengan berpikir
kritis. Siswa melakukan penilaian
dengan melihat sisi
negatif dan positif
dari suatu hal,
kemudian melakukan penilaian menggunakan standar ini.
6. Menciptakan (Creating),
menciptakan mengarah pada proses kognitif meletakkan
unsur-unsur secara bersama-sama untuk membentuk kesatuan yang koheren dan
mengarahkan siswa untuk menghasilkan suatu produk baru dengan mengorganisasikan
beberapa unsur menjadi bentuk atau pola yang berbeda dari sebelumnya.
Menciptakansangat berkaitan erat dengan pengalaman belajar siswa pada pertemuan
sebelumnya. Meskipun menciptakan mengarah pada proses berpikir kreatif, namun
tidak secara total berpengaruh pada kemampuan siswa untuk menciptakan.
Menciptakan meliputi menggeneralisasikan (generating) dan memproduksi
(producing). Menggeneralisasikan merupakan kegiatan merepresentasikan permasalahan dan
penemuan alternatif hipotesis
yang diperlukan.
Menggeneralisasikan ini berkaitan
dengan berpikir divergen
yang merupakan inti dari
berpikir kreatif. Memproduksi
mengarah pada perencanaan untuk menyelesaikan
permasalahan yang diberikan.
Memproduksi berkaitan erat dengan
dimensi pengetahuan yang
lain yaitu pengetahuan
faktual, pengetahuan
konseptual, pengetahuan prosedural,
dan pengetahuan metakognisi.
Tujuan
aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan
intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan
memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan
beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah
tersebut.
Apabila melihat kenyataan yang ada dalam
sistem pendidikan yang diselenggarakan, pada umumnya baru menerapkan beberapa
aspek kognitif tingkat rendah, seperti pengetahuan, pemahaman dan sedikit
penerapan. Sedangkan tingkat analisis, sintesis dan evaluasi jarang sekali
diterapkan. Apabila semua tingkat kognitif diterapkan secara merata dan
terus-menerus maka hasil pendidikan lebih baik.
2.3. Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif merupakan
penilaian untuk mengukur
kemampuan peserta didik berupa pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai
tinggi. Penilaian ini berkaitan dengan ketercapaian Kompetensi Dasar pada KI-3
yang dilakukan oleh guru mata pelajaran. Penilaian kognif dilakukan dengan berbagai teknik penilaian.
Pendidik menetapkan teknik penilaian
sesuai dengan karakteristik
kompetensi yang akan
dinilai. Penilaian dimulai dengan perencanaan pada saat menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada silabus.
Penilaian
kognitif, selain untuk mengetahui apakah peserta didik
telah mencapai ketuntasan belajar, juga untuk mengidentifikasi kelemahan dan
kekuatan penguasaan pengetahuan peserta didik dalam proses pembelajaran (diagnostic).
Oleh karena itu, pemberian umpan balik (feedback) kepada peserta didik
oleh pendidik merupakan hal yang sangat penting, sehingga hasil penilaian dapat
segera digunakan untuk perbaikan mutu pembelajaran. Ketuntasan belajar untuk
pengetahuan ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan batas
standar minimal nilai Ujian Nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah.
Secara bertahap
satuan
pendidikan terus
meningkatkan kriteria ketuntasan belajar dengan
mempertimbangkan potensi dan karakteristik
masing-masing satuan pendidikan sebagai bentuk peningkatan kualitas hasil belajar.
2.4.
Teknik Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif dapat berupa tes tulis, observasi
pada diskusi, tanya-jawab dan percakapan serta dan penugasan (Permendikbud
nomor 104 tahun 2014).
Teknik
dan bentuk instrumen penilaian kompetensi pengetahuan dapat dilihat pada tabel
1.1 berikut:
1.
Tes Tertulis
Instrumen
tes tulis umumnya menggunakan soal pilihan ganda dan soal uraian. Soal tes
tertulis yang menjadi penilaian autentik adalah soal-soal yang
menghendaki
peserta didik merumuskan jawabannya sendiri, seperti soal-soal uraian.
Soal-soal uraian menghendaki peserta didik mengemukakan atau
mengekspresikan
gagasannya dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya
sendiri, misalnya mengemukakan pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Pada
pembelajaran kimia yang menggunakan pendekatan scientific, instrumen
penilaian harus dapat menilai keterampilan berpikir tingkat tinggi (HOTS, “Higher
Order thinking Skill”) menguji proses analisis, sintesis, evaluasi bahkan
sampai kreatif. Untuk menguji keterampilan berpikir peserta didik, soal-soal
untuk menilai hasil belajar Kimia dirancang sedemikian rupa sehingga peserta
didik menjawab soal melalui proses berpikir yang sesuai dengan kata kerja
operasional dalam taksonomi Bloom. Misalnya untuk menguji ranah analisis
peserta didik pada pembelajaran Kimia, guru dapat membuat soal dengan
menggunakan kata kerja operasional yang termasuk ranah analisis seperti
menganalisis, mendeteksi, mengukur, dan menominasikan. Ranah evaluasi contohnya
membandingkan, menilai, memprediksi, dan menafsirkan.
a.
Bentuk Soal
Bentuk
soal yang akan dibahas untuk penilaian hasil belajar kimia meliputi soal
pilihan
ganda, soal uraian, lembar observasi (lembar pengamatan/check list)
untuk
tes uji petik kerja.
Soal Pilihan
Ganda
Soal pilihan
ganda terdiri dari bagian pokok soal dan pilihan jawaban. Pada pilihan jawaban terdiri
dari pilihan yang benar dan pengecoh. Pengecoh yang baik adalah pengecoh
yang tingkat kerumitan atau tingkat kesederhanaan, serta panjang-pendeknya
relatif sama dengan kunci jawaban. Kaidah penulisan soal pilihan ganda harus
memperhatikan materi soal dan konstruksinya. Materi soal sebaiknya
mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1)
Soal harus sesuai
dengan indikator. Artinya soal harus menanyakan perilaku dan materi yang hendak
diukur sesuai dengan rumusan indicator dalam kisi-kisi.
2)
Pengecoh harus
bertungsi, pengecoh dianggap yang berfungsi dengan baik dipilih lebih
banyak oleh kelompok rendah
3)
Setiap soal harus
mempunyai satu jawaban yang benar. Artinya, satu soal hanya mempunyai satu
kunci jawaban.
Konstruksi soal
sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1)
Pokok soal harus
dirumuskan secara jelas dan tegas. Kemampuan atau materi yang hendak
diukur/ditanyakan harus jelas. Setiap butir soal hanya mengandung satu
persoalan/gagasan
2)
Rumusan pokok soal dan
pilihan jawaban harus merupakan pernyataan yang diperlukan saja.
3)
Pokok soal tidak
memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar.
4)
Pokok soal tidak
mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda.
5)
Pokok soal tidak
memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar dan logis ditinjau dari
segi materi. Semua pilihan jawaban harus berasal dari konsep yang sama
seperti yang ditanyakan pokok soal, penulisannya harus setara, dan semua
pilihan jawaban harus berfungsi.
6)
Panjang rumusan pilihan
jawaban harus relatif sama.
7)
Pilihan jawaban jangan
mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah" atau "Semua pilihan
jawaban di atas benar".
8)
Pilihan jawaban yang
berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan
besar kecilnya nilai angka atau kronologis.
9)
Gambar, grafik, tabel,
diagram, wacana, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas
dan berfungsi.
10) Rumusan
pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti
seperti: sebaiknya, umumnya, kadang-kadang.
11)
Butir soal jangan
bergantung pada jawaban soal sebelumnya.
Soal
Uraian
Soal
bentuk uraian yaitu soal yang menuntut peserta didik untuk mengorganisasikan
gagasan dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan secara tertulis
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Kaidah penulisan soal uraian sebaiknya
memperhatikan beberapa hal baik dari materi soal maupun konstruksinya. Kriteria
soal uraian adalah sebagai berikut.
1) Soal
harus sesuai dengan indikator.
2) Setiap
pertanyaan harus diberikan batasan jawaban yang diharapkan.
3) Materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan tujuan pengukuran.
4) Materi
yang ditanyakan harus sesuai dengan jenjang atau tingkat kelas.
Konstruksi
soal sebaiknya mengikuti kriteria penulisan soal seperti berikut ini.
1) Menggunakan kata tanya/perintah yang menuntut
jawaban terurai.
2) Ada petunjuk yang jelas tentang cara
mengerjakan soal.
3) Setiap soal harus ada pedoman penskorannya.
4) Tabel, gambar, grafik, peta, atau yang
sejenisnya disajikan dengan jelas, terbaca, dan berfungsi.
|
Soal
uraian
|
Contoh
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
|
Skor
|
-Menuliskan reaksi
reduksi ion Au3+ dan Cu2+ dengan benar
|
10
|
-Menentukan valensi Au
dan Cu dengan benar
|
10
|
-Menuliskan rumus hukum
Faraday II dengan benar
|
10
|
-Mencantumkan
perhitungan perbandingan massa ekivalen dengan benar
|
10
|
-Menghitung massa Cu
dengan benar
|
10
|
Jumlah
|
50
|
|
Contoh
Pedoman Penskoran
Kriteria Skor
|
Skor
|
Penulisan
reaksi ionisasi AgNO3 benar
|
10
|
Penulisan
reaksi pada anoda benar
|
10
|
Penulisan
reaksi pada katoda benar
|
10
|
Penulisan
reaksi redoks pada sel elektrolisis benar
|
10
|
Jumlah
|
40
|
Pengembangan
Soal “Higher Order Thinking Skill” (HOTS)
Untuk
mengembangkan soal HOTS guru memerlukan pemahaman dulu dalam hal pengertian
HOTS, “Higher Order Thinking Skill” (HOTS) atau keterampilan berpikir
tingkat tinggi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pemecahan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif (Presseisen dalam Costa, 1985).
Dalam pembentukan sistem konseptual IPA proses berpikir tingkat tinggi yang
biasa digunakan adalah berpikir kritis. Indikator keterampilan berpikir kritis dibagi
menjadi lima kelompok (Ennis dalam Costa, 1985) yaitu ; memberikan penjelasan
sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, membuat penjelasan lebih
lanjut serta mengatur strategi dan taktik.
Keterampilan
pada kelima kelompok berpikir kritis ini dirinci lagi sebagai berikut:
a. Memberikan
penjelasan sederhana terdiri dari
keterampilan memfokuskan
pertanyaan, menganalisis argumen,
bertanya dan menjawab pertanyaan.
b. Membangun
keteramnpilan dasar terdiri dari
menyesuaikan dengan sumber,
mengamati dan melaporkan hasil
observasi.
c. Menyimpulkan
terdiri dari keterampilan
mempertimbangkan kesimpulan, melakukan generalisasi dan melakukan evaluasi.
d. Membuat
penjelasan lanjut contohnya mengartikan
istilah dan membuat definisi.
e. Mengatur
strategi dan taktik contohnya menentukan
suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain dan berkomunikasi.
Keterampilan berpikir kritis peserta didik antara lain dapat dilatih melalui
pemberian masalah dalam bentuk soal yang bervariasi.
Berikut
ini contoh soal HOTS pilihan ganda
Topik:
Larutan elektrolit dan non elektrolit
2. Observasi
Terhadap Diskusi, Tanya Jawab dan Percakapan
Penilaian
terhadap pengetahuan peserta didik dapat dilakukan melalui observasi terhadap
diskusi, tanya jawab, dan percakapan. Teknik ini adalah cerminan dari penilaian
autentik. Ketika terjadi diskusi, guru dapat mengenal kemampuan peserta didik
dalam kompetensi pengetahuan (fakta, konsep, prosedur) seperti melalui
pengungkapan gagasan yang orisinal, kebenaran konsep, dan ketepatan penggunaan
istilah/fakta/prosedur yang digunakan pada waktu mengungkapkan pendapat,
bertanya, atau pun menjawab pertanyaan. Hasil observasi digunakan untuk mendeteksi
kelemahan/kekuatan penguasaan
kompetensi pengetahuan dan
memperbaiki proses pembelajaran
khususnya pada indikator yang
belum muncul. Contoh format observasi terhadap diskusi dan tanya jawab.
Keterangan: diisi dengan cek list (v)
3.
Penugasan
Penugasan adalah
penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik
secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.
Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau projek yang dikerjakan
secara individu atau kelompok sesuai dengan karakteristik
tugas. Contoh instrumen tugas untuk suatu topik dalam satu KD
Membuat
rancangan perangkat sel elektrolisis untuk proses penyepuhan
dan
melakukan pratik penyepuhan
TUGAS:
Penyepuhan
dengan emas atau perak banyak dilakukan orang agar perhiasan
dari
logam besi atau tembaga kelihatan seolah-olah terbuat dari emas atau perak.
Proses sederhana ini selain di toko emas juga dapat ditemui di pasar
tradisional.
Cobalah
cari informasi melalui wawancara dengan tukang sepuhnya, benda apa
saja
yang sering dibawa orang untukdisepuh, berapa biaya penyepuhannya, alat
dan bahan apa
saja yang digunakan tukang sepuh.
|
Untuk penilaian
tugas guru dapat membuat rubriknya disesuaikan dengan tugas yang diberikan pada peserta didik.
Rambu-rambu
penugasan.
1) Tugas
mengarah pada pencapaian indikator hasil belajar.
2) Tugas
dapat dikerjakan oleh peserta didik, selama proses pembelajaran atau merupakan
bagian dari pembelajaran mandiri.
3) Pemberian
tugas disesuaikan dengan taraf perkembangan peserta didik.
4) Materi
penugasan harus sesuai dengan cakupan kurikulum.
5) Penugasan
ditujukan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik menunjukkan kompetensi
individualnya meskipun tugas
diberikan secara kelompok.
6) Pada
tugas kelompok, perlu dijelaskan rincian tugas setiap anggota kelompok.
7) Tampilan
kualitas hasil tugas yang diharapkan disampaikan secara jelas.
8) Penugasan harus mencantumkan rentang waktu
pengerjaan tugas.
BAB
III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak
mungkin dipisahkan dari kegiatan pembelajaran secara umum. Pelaksanaan
penilaian yang dilakukan secara benar seseuai dengan rambu-rambu dalam banyak
hal akan menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Data hasil penilaian amat
dibutuhkan untuk menyusun dan mengembangkan program pembelajaran selanjutnya. Ranah Kognitif
berisi tentang perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian,
dan keterampilan berpikir.
Dalam
Taksonomi Bloom yang direvisi oleh David
R. Krathwohl di jurnal Theory into Practice, aspek
kognitif dibedakan atas
enam jenjang yaitu mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Penilaian
kognitif
merupakan
penilaian untuk mengukur kemampuan peserta
didik berupa pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif, serta kecakapan berpikir tingkat rendah sampai tinggi. Penilaian
kognitif dapat berupa tes tulis, observasi pada diskusi, tanya-jawab dan
percakapan serta dan penugasan (Permendikbud nomor 104 tahun 2014).
No comments:
Post a Comment