A.
Konsep Belajar
Definisi belajar:
1.
Skinner (1985) mengartikan belajar sebagai suatu
proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara
progresif.
2.
Hilgard dan Bower (1975) mendefinisikan belajar
merupakan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu
yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu,
dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar
kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat
seseorang.
3.
Pengertian belajar menurut M. Sorby Sutikno (2004)adalah
suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.
4.
Arti belajar menurut Morgan (1962) adalah suatu
perubahan yang relatif dalam menetapkan tingkah laku sebagai akibat atau hasil
dari pengalaman yang lalu.
5.
Definisi belajar menurut Thursan Hakim (2002)
adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan
tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah
laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, ketrampilan,
dan daya pikir.
Pada hakikatnya belajar adalah perubahan yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas atau kegiatan tertentu. Yang
terutama dalam belajar bukan hanya hasil belajar tetapi juga proses belajar.
Artinya hasil belajar harus diperoleh sendiri oleh pebelajar memalui proses
belajar dengan usaha sendiri, adapun orang lain hanya merupakan perantara atau
penunjang dalam kegiatan belajar agar dicapai hasil belajar yang baik.
Belajar Konsep (konseptual) dan Belajar Proses (prosedural)
Perlu dibedakan antara belajar konsep dan belajar proses.
Belajar konsep lebih menekankan hasil belajar berupa pemahaman faktual dan
prinsipil terhadap bahan atau isi pelajaran dalam ranah kognitif. Belajar
proses atau sering dikaitkan dengan keterampilan proses lebih ditekankan pada
masalah bagaimana bahan pelajaran dipelajari dan diorganisir secara tepat oleh
peserta didik.
Belajar proses memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Menekankan pentingnya makna belajar untuk
mencapai hasil belajar yang maksimal.
2.
Menekankan pentingnya keterlibatab siswa dalam
proses pembelajaran.
3.
Menekankan bahwa belajar adalah proses timbal
balik yang dapat dicapai oleh peserta didik.
4.
Menekankan hasil belajar secara tuntas.
Belajar konsep dan belajar proses keduanya tidak dapat
dipisahkan walaupun berbeda. Keduanya merupakan garis kontinum, yang satu
menekankan perolehan atau hasil, pemahaman faktual dan prinsipil, sedangkan
belajar proses tidak dapat terjadi tanpa materi atau bahan pelajaran yang
dipelajari. Sebaliknya, belajar konsep tidak dapat terjadi tanpa belajar proses
oleh siswa. Oleh karena itu, belajar tidak hanya berorintasi pada ketrampilan,
tetapi juga mengarah pada penguasaan konsep, teori, prinsip dan fakta pada saat
proses belajar berlangsung.
B.
Konsep Mengajar
Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Tidak hanya
sekedar menyampaikan informasi dari guru kepada siswa atau transfer of knowledge. Banyak kegiatan dan tindakan yang harus
dilakukan siswa dan guru, terutama jika ingin hasil belajar yang lebih baik
bagi seluruh siswa. Oleh karena itu, rumusan pengertian mengajar tidaklah
sederhana. Mengajar dapat meliputi seluruh kegiatan dan tindakan dalam
perbuatan mengajar itu sendiri (Ali, 1992).
Menurut Suharto (1997) definisi mengajar adalah suatu
aktivitas mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan sehingga tercipta
suasana yang sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan peserta didik sehingga
terjadi proses belajar yang menyenangkan.
Hamalik (1992) mendefinisikan mengajar sebagai proses
menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada peserta didik.
Pengertian mengajar menurut Davies (1971) adalah suatu
aktivitas profesional yang memerlukan ketrampilan tingkat tinggi dan menyangkut
pengambilan keputusan.
Menurut Hasibuan (2000) konsep mengajar dalam proses perkembangannya masih dianggap sebagai suatu kegiatan penyampaian atau penyerahan pengetahuan. Pandangan semacam ini masih umum digunakandikalangan pengajar.
C.
Hakikat Proses Belajar Mengajar
Dalam keseluruhan proses pendidikan, kegiatan belajar dan
mengajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini berarti bahwa berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses
belajar mengajar dirancang dan dijalankan secara profesional.
Setiap kegiatan belajar mengajar selalu melibatkan dua
pelaku aktif, yaitu guru dan siswa. Guru sebagai pengajar merupakan pencipta
kondisi belajar siswa yang didesain secara sengaja, sistematis dan
berkesinambungan. Sedangkan anak sebagai subyek pembelajaran merupakan pihak
yang menikmati kondisi belajar yang diciptakan guru.
Perpaduan dari kedua unsur manusiawi ini melahirkan
interaksi edukatif dengan memanfaatkan bahan ajar sebagai medianya. Pada
kegiatan belajar mengajar, siswa dan guru saling mempengaruhi dan memberi
masukan. Karena itu kegiatan belajar mengajar harus merupakan aktivitas yang
hidup, sarat nilai dan senantiasa memiliki tujuan.
Rumusan belajar mengajar tradisional selalu menempatkan anak
didik sebagai obyek pembelajaran dan guru sebagai subyeknya. Rumusan seperti
ini membawa konsekuensi terhadap kurang bermaknanya kedudukan peserta didik
dalam proses pembelajaran. Sedangkan guru menjadi faktor yang sangat dominan
dalam keseluruhan proses belajar mengajar.
Pendekatan modern memandang bahwa kegiatan belajar mengajar
merupakan milik guru dan murid dalam kedudukan yang setara, namun dari segi
fungsi berbeda. Anak merupakan subjek pembelajaran dan menjadi inti dari setiap
kegiatan pendidikan. Proses pengajaran yang mengesampingkan martabat anak
bukanlah proses pendidikan yang benar. Bahkan merupakan kekeliruan yang tidak
dapat diabaikan begitu saja. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain
adalah kegiatan belajar peserta didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara
aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik disini tidak hanya dituntut
dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik siswa yang
aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan
pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan peserta didik tidak
belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di dalam dirinya.
Kegiatan mengajar bagi seorang guru membutuhkan kehadiran
sejumlah peserta didik. Hal ini berbeda dengan belajar yang tidak selalu
memerlukan kehadiran seorang guru. Cukup banyak aktivitas yang dilakukan oleh
seseorang diluar dari keterlibatan guru. Belajar dirumah cenderung menyendiri
dan tidak terlalu banyak mengharapkan bantuan orang lain. Apalagi aktivitas
belajar itu berkenaan dengan kegiatan membaca buku tertentu.
Mengajar merupakan kegiatan di mana keterlibatan individu
peserta didik mutlak adanya. Apabila tidak ada peserta didik atau obyek didik,
tidak ada yang diajar oleh guru. Hal ini perlu sekali disadari oleh guru agar
tidak terjadi kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran. Karena itu,
belajar dan mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu dalam konsep
pengajaran atau pendidikan.
Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan
dengan sejumlah peserta didik adalah masalah pengelolaan kelas. Apa, siapa,
bagaimana, mengapa, kapan dan di mana adalah serentetan pertanyaan yang perlu
dijawab dalam hubungannya dengan pengelolaan kelas. Peranan guru setidaknya
adalah mengelola suasana kelas yang kondusif bagi kegairahan dan kesenangan
belajar peserta didik. Jadi, masalah penagturan kelas selalu terkait dengan
kegiatan guru. Semua kegiatan yang dilakukan guru tidak lain demi kepentingan
peserta didik dan demi keberhasilan belajar itu sendiri.
Sama halnya dengan belajar, menurut Sudjana (1991), hakikat
mengajar adalah suatu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada
disekitar peserta didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong peserta didik
melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya adalah proses memberikan
bimbingan dan bantuan kepada peserta didik dalam proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan serangkaian kegiatan yang
disepakati dan dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan pendidikan
yang optimal. Perlu dibedakan antara mengajar dan mendidik. Mengajar lebih
berorientasi pada transfer of knowledge,
sedangkan mendidik lebih menekankan pada keteladanan yaitu sikap dan perilaku
guru dan siswa.
B.
Ciri-ciri belajar dan mengajar
Belajar dan mengajar merupakan dua kegiatan yang berlangsung
secara bersamaan, simultan dan memiliki fokus yang dipahami bersama. Sebagai
suatu aktivitas yang terencana, belajar memiliki tujuan yang bersifat permanen,
yaitu terjadinya perubahan pada peserta didik. Ciri-ciri perubahan dalam
pengertian belajar menurut Slameto (1987) meliputi:
1.
Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar,
sekurang-kurangnya sadar bahwa pengetahuannya bertambah, sikapnya berubah,
kecakapannya berkembang .
2.
Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan
fungsional. Belajar bukan proses yang statis karena terus berkembang secara
gradual dan setiap hasil belajar memiliki makna dan guna yang praktis.
3.
Perubahan belajar bersifat positifdan aktif.
Belajar senantiasa menuju perubahan yang lebih baik.
4.
Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara,
bukan hasil belajar jika perubahan itu bersifat sementara.
5.
Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah.
Sebelum belajar, seseorang hendaknya sudah menyadari apa yang akan berubah
dalam dirinya melalui proses belajar.
6.
Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku,
bukan sekedar bagian-bagian tetentu saja atau parsial.
Perubahan perilaku pada siswa, dalam konteks pengajaran
jelas merupakan produk dan usaha guru melalui kegiatan mengajar. Hal ini dapat
dipahami karena mengajar merupakan suatu aktivitas khusus yang dilakukan guru
untuk menolong dan membimbing anak didik memperoleh perubahan dan pengembangan
keterampilan, sikap, penghargaan dan pengetahuan.
Sejalan dengan fungsi utama guru sebagai motivator belajar
peserta didik, terdapat beberapa prinsip mengajar yang perlu diperhatikan,
yaitu perhatian, aktivitas mengajar, apersepsi (menghubungkan pengetahuan siswa
supaya memiliki makna), peragaan, repetisi (pengulangan materi), korelasi
(mengkaitkan inti pelajaran), konsentrasi (fokus materi), sosialisasi (watak
berteman), individualisasi (penerimaan diri) dan evaluasi untuk umpan balik.
Dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar memiliki
ciri-ciri umum sebagai berikut:
1.
Memiliki tujuan, yaitu untuk membentuk peserta
didik dalam suau perkembangan tertentu.
2.
Terdapat mekanisme, prosedur, langkah-langkah,
metode dan teknik yang direncanakan dan disesain untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
3.
Fokus materi jelas, terarah dan terencana dengan
baik.
4.
Adanya aktivitas peserta didik merupakan syarat
mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
5.
Tindakan guru yang cermat dan tepat.
6.
Terdapat pola aturan yang ditaati guru dan
peserta didik dalam proporsi masing-masing.
7.
Limit waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran.
No comments:
Post a Comment